Chairil Anwar dikenal luas di kalangan seniman seperti Affandi, Basuki Abdullah, Rivai Apin, Asrul Sani, Sutan Takdir Alisyahbana, HB Jassin, Rosihan Anwar, Sudjono, Sam Soeharto, Tino Sidin, Daoed Joesef, Mochtar Lubis, dan sejarawan Des Alwi. Chairil Anwar berdarah Minang, ia pernah tinggal di Kota Medan, lalu hijrah ke Jakarta. Sebagian orang salah kaprah menilai Chairil Anwar sebagai pribadi liar yang berasal dari kumpulan terbuang. Chairil Anwar anak orang berada. Ia kutu buku dan fasih berbahasa Inggris dan Belanda.
Ayahnya seorang pamong praja bernama Toeloes Bin Manan, controleur pegawai tinggi di era kolonial. Dan ibu Chairil Anwar, Saleha adalah putri bangsawan Koto Gadang yang punya pertautan saudara dengan ayah Sutan Syahrir. Jadi, secara langsung Chairil Anwar adalah keponakan Sutan Syahrir yang kala itu menjabat sebagai perdana menteri pertama Indonesia.
Chairil Anwar tak hanya mahir menulis puisi isi hati tentang cinta dan revolusi merdeka. Sebagai perintis jalan bagi sastra modern Indonesia, Chairil menitik beratkan puisi tentang kebebasan dan kemerdekaan dari kolonialisme.
Oleh karena itu, H.B Jassin menilai Chairil Anwar adalah orang yang pertama-tama membentuk aliran baru kesusastraan Indonesia setelah kemerdekaan. Chairil adalah sastrawan Angkatan 45 yang paling besar pengaruhnya. Pengaruh Chairil bukan hanya pada sastra, tapi juga bahasa. Maman S. Mahayana mengatakan Chairil membuat bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu berjalan ke arah yang berbeda ketimbang bahasa Melayu di Malaysia terutama dalam penggunaan sajak dan essai. (Tempo, 21/8/2016 hlm 127).
Torehan sajak-sajak Chairil Anwar terkadang menyiratkan antara desing meriam dan desahan perempuan. Suatu aktivitas lain selain berkesenian kegemaran Chairil Anwar semasa hidup. Menjelang akhir hayat, Chairil Anwar menderita komplikasi penyakit. Ia terbaring tujuh hari di rumah sakit dan meninggal dunia pukul 02.30 siang, Kamis 28 April 1949 pada usia 27 tahun.
Dan jika orang melihat potret terpopuler Chairil Anwar yang dijepret oleh Baharudin Marasutan dengan pose merokok. Barangkali orang mengira itu iklan rokok. Padahal dialah sang penyair besar Indonesia yang mengubah kata menjadi tenaga. Ia menulis dalam derai dan hiruk-pikuk revolusi. Sepenggal kata dalam puisi Chairil Anwar yang senantiasa dikutip banyak orang adalah “Aku ini binatang jalang” atau “Sekali Berarti Sudah Itu Mati” atau “Aku ingin hidup 1000 tahun lagi” dan juga yang sangat popular, “Mampus Kau Dikoyak-koyak Sepi!
Baca juga:
Pramoedya Ananta Toer Menjadi Tampilan Google Doodle Hari ini
Komentar