Sahabat r.a. bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya Rasulullah bagaimana cara kami mengetahui watak seseorang?” Maka Rasulullah saw., bersabda, “Kamu harus bersafar dengannya, barulah kamu mengetahui sifat dan watak seseorang.” Ada sebuah ungkapan kuno, “teman sejati akan selalu ada, baik suka maupun duka.”
Faktanya, ada suatu situasi-kondisi saat di mana ketika mengharapkan kehadiran teman ternyata tidak ada (hadir). Sebagian pertemanan, pada dasarnya seperti rumah besar yang dibangun di atas pasir.
Oleh karena itu, diri harus dilatih supaya berharap hanya kepada Allah dan meminta pun hanya kepada Allah SWT, bukan kepada teman. Nanti, Allah akan kirim dan berikan siapa teman kita yang sesungguhnya.
Terlalu sering bersama teman dapat mengurangi sensivitas, tidak sering bersama teman pun dapat mengurangi solidaritas. Bertemu karena Allah, berpisah pun karena Allah. Dan setiap teman adalah unik dan istimewa, tidak dapat dibanding-bandingkan.
Pada titik tertentu, Anda harus menyadari bahwa sebagian teman dapat tinggal di hati, tetapi tidak dalam kehidupan Anda. Teman yang baik tidak pernah mengucapkan selamat tinggal, mereka hanya mengatakan “Sampai jumpa” lagi di petualangan yang baru.
Percayalah, persahabatan sejati seperti kesehatan yang sehat; nilai itu jarang diketahui sampai ia hilang. Terkadang, persahabatan yang dibangun berdasarkan bisnis lebih baik daripada bisnis yang didirikan berdasarkan persahabatan. Dan bukankah, satu-satunya cara untuk memiliki teman adalah menjadi seorang teman?
Tetapi, manusia adalah manusia; melalui orang lain, kita terus mencari konfirmasi dan informasi keberadaan kita sendiri dengan cara kita berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain.
Jika di antara teman kita ada yang mati. Kematian seorang teman setara dengan kehilangan sebagian anggota tubuh.
Rasa kehilangan bersifat sementara, nanti juga akan ada gantinya. Hidup ini penuh dengan perpisahan. Orang-orang pindah, berganti pekerjaan, mengakhiri hubungan akibat suatu pertengkaran edan yang tanpa persoalan, atau terpisah karena pensiun atau karena bencana kemanusiaan atau menyendiri di gedung-gedung tinggi, dan akhirnya meninggalkan dunia yang fana ini sepertimana perginya api setelah ia padam.
Pendek kata, kita semua akan berpisah dengan apa yang kita cintai. Maka, tidaklah mengherankan sebagian dari kita telah belajar dan menemukan banyak cara untuk mengobati hidup tanpa seorang teman. Ingat, hidup berkesendirian itu kurang baik tanpa teman.
Jika kita tidak memahami nilai sebuah pertemanan, maka seperti membuat dunia menjadi hutan belantara. Maksudnya, kita akan takut memulai pertemanan sama takutnya seperti kita terpergok ular di semak belukar atau harimau yang sedang tidur.
Dan ajaibnya, mengapa kita tidak bisa mengumpulkan semua orang di dunia yang benar-benar kita sukai lalu bersama selama-lamanya? Sebab, itu memang tidak akan mungkin berhasil. Seseorang akan pergi dan akan selalu pergi. Kini, nanti, di sini. Kelak, di sana selamanya, sementara ataupun pada masa yang tanpa berjejak.
Dan setiap teman adalah istimewa, tidak bisa dibanding-bandingkan. Setiap dari seorang teman memanglah tidak boleh dibanding-banding, dikritik-kritik, direndahkan, dan dikucilkan. Lupakan keburukan teman kita dan pandang kebaikannya saja. Semoga Allah SWT memberikan kita pemahaman tentang arti pertemanan.
Komentar