Deli Tua adalah nama sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Dari namanya, “Deli Tua” identik sekali dengan Melayu Deli. Ironisnya, entah di mana yang namanya Deli Tua tersebut? Apa tandanya, dari mana mulainya dan segudang pertanyaan terus menghantui. Konon abad 16, Deli Tua bagian dari Kesultanan Aceh dan pada abad 19 menjadi bagian dari Kesultanan Deli.
Seribu kali malang, jangankan jejak Melayu atau Karo, bekas dan ampas-ampasnya pun tiada bersepah lagi. Apa arti semua ini, apakah lamat-lamat Melayu atau Karo riwayatnya akan tamat. Apakah disengaja atau direncanakan, tetapi oleh siapa dan kenapa? Ataukah demikian hukum sejarah. Jika sudah sampai di puncak, ia runtuh dengan sendirinya.
Untuk menuju ke Deli Tua tidaklah terlalu sulit, dari arah mana saja tembusnya ke Deli Tua juga. Bisa via Bridgen Katamso, Titi Kuning, Marindal Simpang Kongsi/Stasiun, Johor, Namorambe.
Ada beberapa kebiasaan orang Medan dan di sekitarnya. Untuk menandai telah sampai di suatu tempat/lokasi yang menjadi penandanya adalah Pajak (pasar), Pos Polisi, Masjid, Titi atau Jembatan.
Jadi kalau misalkan kita bertanya, “Bang di mana Deli itu?” Maka akan dijawab kira-kira seperti ini, “Nanti dari Istana Maimun Katamso. Kau terus saja, lewat lampu merah lempang, lurus terus saja. Sampai lewat persimpangan Titi Kuning, ikuti jalan besar ke arah Deli Tua. Ah kau tengok ajalah bacaan-bacaan di spanduk, ada tulisannya Deli Tua, sampailah kau itu di Deli Tua.”
Sepanjang jalan lintas Deli Tua terdapat banyak sekali kuburan, mulai dari kuburan Kristen, kuburan Cina, Kuburan Jepang, dan kuburan Muslim. Istimewanya, semua letak komplek pemakaman tersebut di tepi jalan raya. Apakah Deli Tua dulunya tempat terjadi banyak peperangan dan pertempuran, mungkin ada benarnya.
Mencari Melayu di Kota Tua Deli sama susahnya seperti seperti mencari Melayu di Tanah Deli. Semakin hari semakin nisbi. Absurd.
Baca juga:
Kuburan Jepang Deli Tua Medan, Seuntai Jejak Negeri Samurai
Pemandian Putri Hijau, Pancuran Gading Deli Tua
Komentar