Pada saat Hari Raya Idul Fitri tiba, dan ketika semua anggota keluarga berkumpul di rumah orangtua atau di rumah orang yang dituakan. Masing-masing keluarga mencurahkan isi hati seputar pengalaman Ramadhan tahun ini.
Sekilas, terseliplah pembicaraan arus mudik, lonjakan harga sembako, tiket transportasi, THR, kue hari raya, baju baru, dan semua hal yang berbau kepalsuan duniawi dibicarakan dengan begitu hangat.
Hari pertama hari raya diisi dengan saling bermaafan dan berkunjung ke handai tolan, makan bersama, pergi rekreasi bersama, ziarah bersama. Pendek kata, seolah-olah hanya ada satu momen untuk satu suasana. Ibaratnya, kerja mati-matian selama sebelas bulan untuk menghidupkan yang satu bulan yakni, Hari Raya Idul Fitri.
Sayangnya, di antara pembicaraan hangat bersama keluarga. Jarang sekali terpetik keinginan untuk mengetahui bagaimana Rasulullah berhari raya.
“Apakah kita pernah bertanya bagaimana Rasulullah saw merayakan Hari Raya Idul Fitri?” Dari sejumlah riwayat disebutkan bahwa, Sunnah yang dilakukan Rasulullah ketika Hari Raya Idul Fitri adalah sebagai berikut:
- Membersihkan diri dengan mandi. Sunnah mandi yang dicontohkan Rasulullah. Mandi dengan basahan dan menutup aurat, bukan mandi telanjang.
- Mengenakan pakaian terbaik dan menutup aurat, lengan panjang, celana di atas mata kaki, berlapis kain, dan menutup kepala dengan sorban (lobe, dan lain sebagainya). Bukan pakaian “asal-asalan” seperti tidak memiliki adab. Pakaian ketaatan di dalam shalat sama seperti di luar shalat. Jika di dalam shalat kita tutup aurat, maka di luar shalat pun demikian.
- Sunnah makan sebelum shalat Ied. Adab makan dan minum yang dicontohkan Rasulullah adalah makan dan minum dengan tangan kanan sambil duduk atau jongkok. Tidak boleh makan dan minum dengan tangan kiri, terlebih lagi sambil berdiri atau sambil berjalan.
Dari Anas r.a. ia berkata, “Nabi saw., tidak keluar rumah pada Hari Raya Idul Fitri hingga makan beberapa butir kurma.” (HR. Bukhari). Mahfumnya adalah makan sebelum shalat Ied agar tidak timbul “prasangka” bahwa pada saat 1 Syawal sebelum shalat Ied diharuskan masih tetap berpuasa hingga shalat ‘Ied tiba.
- Sunnah bersiwak sesudah makan dan ketika berwudhu. Sangat disunnahkan bersih-bersih terutama bagian gusi, mulut, dan gigi dengan siwak. Terdapat 70 fadhilah dalam siwak.
- Sebelum shalat, sunnah menggunakan wewangian yang non alkohol.
- Memilih rute jalan yang berbeda ketika saat berangkat dan pulang dari lapangan/masjid seusai shalat Ied. Hikmahnya agar dapat bertemu dengan orang yang berbeda dan menjalin silaturahmi dan bersalaman. Tradisi di kita agak lain pula, tetangga dekat terkadang tidak kita salami, malah acuh tak acuh. Sementara orang-orang jauh kita palar-palari untuk berkunjung.
Selain itu, tambahan lain adalah bertakbir, mendirikan shalat Ied saat setelah terbitnya matahari hingga waktu Dhuha dan mendengarkan khotbah. Kemudian bermaaf-maafan dan saling mengucapkan , “Taqabbalallahu Minna Wa Minkum” yang artinya, Semoga Allah SWT menerima amal kami dan amal kalian sekalian. Amin. Insya Allah.
Komentar