Keluar di Jalan Allah Khuruj Fi Sabillah adalah perintah Allah SWT sekaligus upaya islah diri dengan mengorbankan diri-harta-waktu untuk mendapatkan iman yakin terhadap kalimat thoiyibah “La Ilaaha illallah.”Rangkaian dari kalimat thoiyibah “La Ilaaha illallah” adalah “Muhammadur Rasulullah.”
Maksud dari iman yakin adalah meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT, dan satu-satunya cara untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan hidup manusia di dunia dan di akhirat hanya ada dalam amal agama Islam yang sempurna, sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW dan para sahabat radiyallahuanhum (r.hum).
Keluar di Jalan Allah (A day spent in the path of Allah) dianjurkan sekurang-kurangnya selama 4 bulan minimal sekali seumur hidup, 40 hari setiap tahun, dan 3 hari setiap bulan. Kemudian memenuhi nisab, terus berlanjut keluar seumur hidup sampai mati. Artinya, kerja agama dengan dakwah dan tabligh tidak kenal kata “ditangguhkan” tetapi berkesinambungan sampai bumi berhenti berputar.
Masyarakat awam masih kurang paham. Dikiranya, orang-orang yang berdakwah-tabligh pergi meninggalkan anak-istri-keluarga selama-lamanya tanpa kembali lagi ke rumah. Tentu saja tidak demikian situasi dan kondisinya. Mereka yang mau keluar di Jalan Allah, terlebih dahulu menyisihkan (menabung) untuk bekal pegangan sesuai lamanya hari, kemudian istri/anak diberikan uang belanja kebutuhan sehari-hari.
Jika bekal (tafakud) pergi dan untuk yang ditinggalkan tidak ada. Sementara di lain hal, niat “keluar di Jalan Allah” sudah dicatat maka hal ini akan dimusyawarahkan sesama jamaah di halaqoh (masjid per kecamatan) setempat. Jadi, tidak ada istilah keluar di jalan Allah hanya ketika memiliki kelapangan harta-waktu-diri. Ketika waktu sempit pun tetap harus keluar untuk islah diri.
Pengertian keluar di Jalan Allah dalam era modern tidaklah semendalam zaman sahabat nabi. Sekarang tinggallah “debu-debu” saja. Sedangkan keluar di Jalan Allah pada zaman para sahabat nabi, sekali ditasykil (diajak panggilan dakwah) oleh Nabi Muhammad tidak tau lagi kapan akan kembali ke rumah dan kampung halaman.
Baca juga:
Markas Jamah Tabligh Medan, Islamic Centre Sumut
Kuburan mereka (para sahabat) tersebar di seluruh penjuru dunia (Afrika, Cina, Rusia, Yordania, India, dan seterusnya), termasuk di Barus Makam Mahligai, Makam Papan Tinggi.Kemudian di Aceh, Bahorok, dan di negeri-negeri Kepulauan Melayu.
Adapun bagi orang awam, khuruj fisabillah sebagai medan latihan, “meninggalkan” rumah, kampung, muhalla (masjid) di lingkungan sendiri dan keluar selama 3 hari, 40 hari, 4 bulan untuk mendapatkan dan membangun suasana keagamaan ruhani. Program khuruj fisabillah sudah banyak mengubah orang.
Minimal mulai shalat di mana azan dikumandangankan, shalat secara berjamaah di masjid dan mulai belajar Al-Qur’an serta hubungan dengan keluarga dan sesama saudara Muslim menjadi lebih baik. Inilah inti dari “hasil” yang ingin dicapai dari keluar di Jalan Allah.
Program kegiatan selama keluar 3 hari, 40 hari, 4 bulan yakni untuk islah (memperbaiki diri), dakwah-tabligh, dan amar ma’ruf nahi mungkar. Dakwah artinya mengajak, tabligh artinya menyampaikan. Sedangkan amar ma’ruf nahi mungkar menurut Al-Ghazali rahmatullah alaih adalah inti yang paling agung dalam agama, sesuatu yang sangat penting dan untuk perkara ini Allah SWT mengutus seluruh nabi-nabi dan Rasul.
Selama berkegiatan 3 hari, 40 hari dan 4 bulan. Aktifitas dakwah-tabligh setiap hari jamaah mendatangi orang tempatan untuk “Jaulah” menyampaikan kalam dakwah. “Ucapkan La Ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah, niscaya engkau berjaya. Dunia sementara akhirat selamanya, makhluk tidak kuasa, Allah Maha Kuasa.” Lewat cara-cara sederhana dan konvensional dari rumah ke rumah, menyampaikan kalimat yang singkat untuk berdakwah sebagaimana dakwah Rasulullah (mendatangi umat).
Maka, manfaatnya akan sangat terasa. Ketahuilah manusia hanya menyeru untuk taat. Namun, hidayah semata-mata Allah yang memiliki otoritas tertinggi kepada siapapun yang Allah kehendaki.
Hari ini orang banyak bicara tentang keruntuhan umat, tanpa mengetahui dengan pasti penyebab dari keruntuhan tersebut. Hari ini orang sibuk untuk mengubah orang lain, tetapi tidak pernah berpikir untuk mengubah diri sendiri.
Masyarakat awam, cendekiawan, alim ulama, maupun orang jahil, semuanya telah berputus asa terhadap usaha islah (perbaikan) umat. Mereka berpendapat, “Bagaimana Islam dapat maju jika tanpa kekuasaan, tanpa politik, tanpa pemerintahan, tanpa ekonomi, tanpa senjata, tanpa organisasi, tanpa media, tanpa kerja sama dan kesatuan?”
Sebenarnya, sampai sekarang pun belum diketahui dengan pasti apa penyakit yang tengah diderita oleh umat ini. Hal-hal yang dijelaskan selama ini sebenarnya bukan merupakan asal penyakit yang sesungguhnya, melainkan hanya akibat dari penyakit tersebut.
Dan satu-satunya cara memperbaiki kemerosotan kaum Muslimin, adalah apabila telah tercipta hubungan yang kuat dengan Allah dan Rasul-Nya dengan cara memperbaiki amal. Mulailah niat untuk mengubah diri sendiri, baru kemudian keluarga, jiran tetangga, dan umat seluruh alam.
Komentar