Berkirim surat melalui internet-email saat ini lazim dilakukan. Kendati demikian, budaya berkirim surat dengan media kertas dan pena yang ditulis tangan tidak hilang sama sekali. Oleh karenanya, kotak surat (bis surat) masih tersedia di tepi-tepi jalan. Sayang seribu kali sayang keberadaan kotak surat mulai kurang bermanfaat. Terconggok bisu menunggu selembar surat. Dunia berubah, kebiasaan manusia juga berubah dalam bertukar kabar dan mengirim pesan.
Bis surat dalam Bahasa Belanda disebut Brievenbus. Memasukkan sepucuk surat ke dalam kotak (bis surat) harus dilengkapi alamat tujuan yang jelas dan perangko sesuai ongkos kirim. Pada jam tertentu kotak surat diambil oleh petugas pos kemudian surat dikumpulkan lalu dicatat, selanjutnya diantar ke alamat tujuan masing-masing. Dulu cukup cantumkan kode pos, sekarang diberi tambahan nomor telepon yang dapat dihubungi.
Kirim surat dianggap lambat, email lebih cepat. Padahal tidak selalu demikian. Semua tergantung keperluan. Dahulu orang berkirim surat dengan media kertas, lalu surat digital (email), kemudian SMS (surat-menyurat singkat), sekarang lebih familiar dengan messenger via aplikasi dan media sosial tertentu.
Maka, tidak heran terkadang ada yang bisa membalas pesan via BBM, Line, WA, Line, Messenger tetapi tidak mau/enggan membalas sms, entah karena apa. Mungkin karena pulsa habis sementara paket internet masih tersedia.
Email membantu menciptakan cara berkomunikasi tersendiri bagi rekanan bisnis yang tidak bisa bertemu langsung. Saat berkomunikasi dengan email. Pakailah nama email yang berkualitas. Nama-nama email yang unik, boleh-boleh saja. Tetapi, nama email yang buruk juga kurang baik untuk menjalin relasi.
Sama seperti email, messenger, chat dan aplikasi lainnya. Surat di masa lalupun adalah sebuah bentuk sarana untuk berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi melahirkan relationship, relationship melahirkan profit.
Komentar