Penetapan atau penentuan satu Ramadhan sebagai awal mula pelaksanaan ibadah wajib puasa kerapkali menjadi “perselisihan” organisasi Islam yang dalam hal ini sebenarnya tidak harus terjadi.
Lalu bagaimana sebenarnya cara menentukan awal mula puasa Ramadhan yang sejalan dengan iman, logika, hadist, dan Al-Qur’an. Pembelajaran ini penting supaya terbuka pintu pengetahuan mengenai cara benar menentukan 1 Ramadhan, apakah dengan metode Ru’yah atau Hisab. Ingat, Ru’yah bukan hisab.
Pada hakikatnya, Islam tidak mencela dan tidak menolak ilmu hisab (hitung). Penting diketahui dalam penentuan permulaan puasa Ramadhan Nabi Muhammad Saw tidak menghubungkannya dengan ketentuan yang ditetapkan oleh hisab melainkan dengan Ru’yah (rukyat) melihat bulan.
Sebagian umat Islam keliru mengatakan metode ru’yah (rukyat) melihat bulan akan menyulitkan. Lebih praktis dan lebih tepat dengan metode hisab. Padahal ilmu menentukan kapan satu Ramadhan berdasarkan melihat bulan.
Ilmu ini Allah sendiri yang mengajarkannya kepada Nabi Muhammad Saw agar menentukan Ramadhan menggunakan metode ru’yah. Berikut alasannya mengapa metode ru’yah adalah metode yang benar secara logika, hadist, dan Al-Qur’an sebagai berikut:
- Rasulullah Saw menegaskan, “Jangan kamu dahului bulan itu, hingga kamu melihat bulan atau kalian cukupkan bulan itu.” (HR Abu Dawud dan Nasai, Sunan Nasai 4 halaman 135).
“Apabila kamu melihat bulan maka puasalah, dan apabila kamu lihat lagi berbukalah. Kalau bulan ditutup awan maka puasalah 30 hari.” (HR Ahmad dan Muslim, Sahih Muslim 2 halaman 438)
- Kita diwajibkan ru’yah (rukyat) terlebih dahulu. Namun, jika dalam ru’yah pandangan mata kita terhalang awan. Maka, pilihannya hanya satu, genapkan bilangan bulan itu menjadi 30 hari. Kita dibolehkan menghitung namun ada syaratnya yaitu ketika bulan tertutup/ditutup awan. Ru’yah dilakukan pada dua puluh sembilan hari bulan (malam yang ketiga puluh Sya’ban). Maka, kelompok yang jauh-jauh hari sudah menentukan awal Ramadhan telah melanggar ketentuan nabi.
Jadi, kalau ada yang mengatakan dunia sudah canggih. Pertanyaannya, apakah Rasulullah Saw bodoh, kuno, kolot, dan orang dahulu tidak pandai menghitung sehingga harus melihat bulan? Berpikirlah dengan logika! Nabi Muhammad menjalankan perintah puasa berdasarkan Ru’yah (rukyat). Ingat, tidak ada satupun perkataan, pikiran, dan perbuatan Nabi Muhammad melainkan semua bersumber dan dibimbing langsung oleh Allah SWT. Sabda Rasulullah Saw:
“Sebaik-baik manusia ialah abad yang aku padanya, kemudian yang kedua, kemudian yang ketiga.” (HR Muslim).
Dan akhirul kalam. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1437 Hijriah. Semoga Allah SWT menyanyangi kita semua. Amin.
Komentar