Setiap menjelang bulan puasa, sekurang-kurangnya ada Tiga Kesalahan yang dilakukan umat Islam dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Ironis nya hal tersebut terus-menerus dilakukan dan “diproduksi” ulang dari generasi ke generasi.
Padahal, dakwah yang disampaikan oleh tuan guru ulama dan ustadz sudah jelas mengingatkan agar umat Islam tidak terperosok ke dalam jurang kesalahan yang sama. Tiga kesalahan itu antara lain:
Padusan atau mandi-mandi di sumur atau sungai (marpangir)
Tradisi mandi-mandi menyambut bulan suci Ramadhan di sejumlah tempat di Indonesia dianggap hal yang wajar untuk bersih-bersih dan buang sial. Katanya agar nanti selama menjalani puasa, hati bisa lebih lapang dan bersih dalam menerima ujian dan godaan.
Pemandangan mandi-mandi ini pun rupanya terjadi juga di Sumatera Utara. Semua tempat-tempat pemandian mulai dari Sembahe, Pantai Cermin, Pantai Cemara Kembar, Pantai Putra Deli, Pantai Klang dan tempat-tempat lainnya menjelang puasa penuh, isinya umat Islam semua.
Apa yang terjadi adalah telah bercampur antara laki-laki dan perempuan berada di satu tempat yang sama dalam satu kurun waktu yang sama. Dalam ajaran Islam hal tersebut tidak dapat dibenarkan, kecuali pasangan muhrim yang sah. Terkadang perempuan Muslim sengaja membuka jilbab dengan alasan sedang mandi-mandi.
Selain mandi-mandi, biasanya remaja ada yang berpergian, piknik, atau kamping (perkemahan) ke gunung. Ceritanya untuk muhasabah (introspeksi). Faktanya, malah menyerempet merusak aqidah dengan mereguk miras dan berbuat mesum zina.
Membeli api, membakar api
Umumnya memasuki bulan suci Ramadhan. Ramai penjual mercon petasan dan kembang api. Anak-anak dan remaja mulai bermain petasan dengan penuh risiko. Entah apa hubungan antara Ramadhan dan petasan yang katanya untuk menyemarakkan Ramadhan.
Padahal menyalakan petasan adalah mubazir, menghamburkan uang dan lebih banyak mudharat daripada faedahnya. Perbuatan mubazir dekat dengan perbuatan setan.
Menukar Pahala
Umumnya sebagian umat Islam masih belum bisa meninggalkan kebiasan buruk seperti bergadang larut malam dengan menonton bola atau hanyut dalam dunia malam dan perbuatan sia-sia. Kemudian tidak shalat Subuh, meninggalkan Al-Qur’an, puasa, sedekah. Jadi, dengan datangnya bulan suci Ramadhan sekedar “hadir” partisipasi saja tanpa mau menjalaninya sesuai dengan perintah Allah SWT.
Kemudian, sehari menjelang 1 Ramadhan, biasanya ada tradisi Munggahan di Sunda atau Nyorog di Betawi, Meugang di Aceh, Jalur di Riau dan Balimau di Minang. Kesemua tradisi ini boleh dilakukan sebab bermanfaat dan memanjatkan doa agar nanti ketika menjalani puasa bisa dilakukan dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan pahala.
Saudaraku, Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pejelasan bagi manusia, pembeda antara yang hak dan batil. Al-Qur’an mengurai apa yang halal dan haram, yang bajik dan yang laknat, yang diridhai Tuhan dan yang dimurkai-Nya. Al-Qur’an membimbing manusia agar ridha Allah SWT selalu tercurah. Al-Qur’an menunjukkan peta-jalan menuju surga.
Al-Qur’an adalah tambatan cahaya batin yang kokoh.
Pantas saja, umat Islam mundur terbelakang, kesalahan bukan terletak pada Al-Qur’an, bukan pula pada agama Islam yang agung. Tetapi, karena orang Muslim sendiri yang sudah melupakan, bahkan jelas-jelas “menghempaskan” Al-Qur’an dalam setiap detik kehidupan.
Nabi Muhammad saw berkata: “Surga merindukan empat golongan di antara umatku. Mereka yang melantunkan Al-Qur’an. Mereka yang menjaga lidah dari pembicaraan palsu. Mereka yang memberi makan kaum lapar. dan Mereka yang melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Inilah ahli surga.”
Jangan lupa, Ramadhan kali ini mungkin saja Ramadhan yang terakhir. Mungkin Ramadhan mendatang kita tidak lagi bertemu. Terbaring sendirian dengan amal di liang lahat. Raihlah kesempatan dan berbaktilah kepada Allah SWT. Sebab, Ramadhan adalah bulan barokah.
Mudah-mudahan puasa kita penuh dari awal sampai akhir Ramadhan. Tempaan puasa Ramadhan sudah cukup untuk meningkatkan takwa, bukan malah jadi pembangkang kepada Allah. Dengan datangnya Ramadhan, kita telah diselamatkan dari neraka. Oleh karena itu, jangan lagi mengotori diri dengan perbuatan sia-sia dan mengulangi kebodohan yang sama dari generasi ke generasi.
Komentar