Puasa menurut kaidah Hindu adalah upa dan waksa yang artinya menahan diri yang mengarah kepada “menyiksa diri.” Sedangkan dalam ajaran Islam disebut shaum yang artinya mengendalikan diri. Antara mengendalikan diri dan menahan diri terdapat perbedaan. Tetapi, karena makna kata shaum sudah disamakan dengan kata puasa, maka tulisan ini memakai kata puasa sebagai bahasannya.
Puasa hakikatnya mengendalikan dan mendidik hawa nafsu, meninggikan iman, mengecilkan dunia dan membesarkan Keagungan Allah SWT.
Puasa adalah menghindari makan, minum, dan lain sebagainya secara sengaja. Puasa umumnya bertalian dengan keagamaan, kepercayaan, dan hajat. Puasa termasuk dalam salah satu rukun Islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segala yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Ada macam-macam puasa yang dilakukan seperti puasa apit, puasa hari kelahiran ditambah sehari sebelum dan sehari sesudahnya. Puasa weton, puasa hari lahir sesuai pasarannya seperti kliwon, wage, legi, dan seterusnya. Puasa Pati Geni, puasa dengan cara menghindari melihat sinar (cahaya), tidak makan, minum, dan tidak tidur.
Sedangkan Puasa Sunnat, sunnah puasa yang tidak diwajibkan, tetapi dianjurkan seperti Senin-Kamis, Puasa Syawal, Puasa Nabi Daud, dan seterusnya. Puasa wajib adalah puasa di Bulan Suci Ramadhan.
Allah SWT berfirman dan berbicara kepada manusia melalui Al-Qur’an Karim:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan di hari-hari yang lain. Wajib pula bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang de-ngan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. [QS 2:183-184]
Kemudian Allah SWT melanjutkan dalam ayat berikutnya:
Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Alquran sebagai petunjuk dan pejelasan bagi manusia dan sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil. [QS 2: 185]
Alquran mengurai apa yang halal dan haram, yang bajik dan yang laknat, yang diridhai Tuhan dan yang dimurkai-Nya, yang teringat dan yang terlupa, yang mengentaskan aturan ilahi dan perintah-Nya. Al-Qur’an membimbing manusia agar ridha Allah SWT selalu tercurah.
Alquran menunjukkan peta-jalan menuju surga. Alquran adalah “pedang” pembeda antara kebenaran dan kepalsuan yang dikelola (sehingga kadang kepalsuan tampak seperti kebenaran yang nyata). Alquran adalah tambatan cahaya batin yang kokoh.
Seluruh kitab-kitab agama samawi seperti Taurat yang diwahyukan kepada Musa a.s., Injil kepada ‘Isa a.s. (Ruh Allah), Zabur kepada Daud a.s., suhuf (lembaran-lembaran suci) diturunkan kepada Ibrahim, Alquran kepada baginda Nabi Muhammad saw, semua diturunkan di bulan Ramadhan yang indah.
Sebab, bulan Ramadhan adalah bulan kasih-sayang, bulan ampunan, bulan pencuci hati, jiwa, dan pikiran supaya mencapai derajat takwa. Ramadhan berhubungan juga dengan asma Allah yang istimewa.
Marilah kita bermohon kepada Allah SWT agar diberi kekuatan dan kesehatan untuk tidak lagi mengulangi kelalaian menunaikan puasa dan amalan Ramadhan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Ramadhan yang dirindukan adalah puasa Ramadhan yang tanpa beban.
Komentar