Pulau karang adalah sebuah pulau yang berada di sebelah selatan kabupaten Tapanuli Tengah, tepatnya kecamatan Barus, provinsi Sumatera Utara. Pulau kecil berada di tepian luar pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan samudra Indonesia sehingga pulau karang menyajikan wisata laut yang alami dan tak terlupakan.
Untuk menuju ke pulau Karang, kita harus menuju Kota Barus terlebih dahulu. Dari Kota Medan, kota atau kecamatan Barus bisa ditempuh dengan perjalanan darat selama 9 hingga 10 jam. Setelah tiba di kecamatan Barus, kita akan turun di kelurahan Pasar Sorkam. Kemudian langsung menuju Desa Darusalam, yakni desa yang berbatasan langsung dengan garis pantai Barus.
Sesungguhnya desa Darussalam bukanlah desa wisata, sehingga agak sulit menemukan fasilitas bagi pelancong yang ingin mengunjungi desa tersebut untuk berwisata. Kebetulan pada saat itu kami memiliki guide warga setempat, sehingga kebutuhan kami berwisata di kota Barus teratasi dengan mudah.
Begitu tiba di desa Darussalam, guide kami tersebut langsung menyewakan kapal boat nelayan setempat untuk menyeberang ke pulau karang. Karena tidak ada kapal khusus yang mengangkut wisatawan ke sana, tips dari saya adalah harus pandai-pandai beramah-tamah dan bernegosiasi dengan penduduk setempat.
Jarak tempuh menggunakan kapal nelayan dari pantai Barus menuju pulau karang hanya 20 menit saja.
Pertama kali menginjakkan kaki di pulau karang, rasanya langsung ingin berguling di pasirnya yang putih dan lembut serta ingin langsung berendam di air lautnya yang biru dan jernih. Sangat alami seperti belum pernah terjamah manusia.
Pulau karang merupakan pulau kosong namun tidak benar-benar tidak ada penghuninya. Sesekali para nelayan atau pemetik kelapa singgah di pulau tersebut. O, iya. Sembilan puluh persen tanaman yang hidup di pulau karang adalah pohon kelapa. Sangat rapat dan lebat. Beberapa warga tampak memanfaatkan hasil dari pohon-pohon kelapa di pulau ini.
Namun, penghuni utama pulau karang adalah umang-umang beraneka warna, sedikit kepiting biola dan beberapa ekor kucing. Yup, entah bagaimana caranya makhluk berbulu itu bisa hadir dan tinggal di pulau tersebut. Jadi bersantai di pulai karang bagaikan memiliki pulau pribadi karena jarang ada manusia lain selain rombongan kita.
Pulau karang memang terbilang kecil. Diperkirakan diameter pulau karang hanya 2 kilometer saja. Itu artinya kita bisa trackking atau berjalan mengelilingi pulau dalam waktu satu hingga satu setengah jam saja.
Pulau karang sekilas sangat aneh disebut pulau karang karena tidak terlihat satupun terumbu karang di lepas pantainya. Namun pada saat mengelilingi pantai, pada satu sisinya tumpukan material serupa pasir, tapi lebih kasar dan keras. Ternyata itu adalah sisa-sisa terumbu karang yang hancur akibat penggunaan bom untuk menangkap ikan pada masa lampau.
Bom tersebut tidak hanya menghancurkan sebagian terumbu karang, tetapi juga membunuh terumbu karang lainnya yang masih hidup secara perlahan. Mungkin dahulu banyak terumbu karang yang hidup di lepas pantai pulau ini sehingga dinamakan pulau Karang. Namun kini, sisa-sisa terumbu karang yang mati tersebut hanya terserak di bibir pantai. Sebagian ada yang masih utuh sebagian hanya tertinggal ranting-rantingnya saja.
Di salah satu sisi pulau yang lain juga dapat dijumpai cerita miris seputar kerusakan alam. Yakni pemandangan eksotis yang diakibatkan oleh abrasi pantai yang parah. Akibat terkikisnya bibir pantai, pepohonan yang ada di tepiannya tumbang dan membusuk, sebagian besar diantaranya adalah pohon kelapa. Namun kemirisan ini justru malah menjadikan spot tersebut spot yang eksotis untuk berfoto.
Mengunjungi pulau Karang, selain mensyukuri akan kebesaran Sang Pencipta, kita juga mendapat pelajaran berharga bagaimana keserakahan manusia dapat sedemikian merusak sehingga kita dapat mulai menjaga sehingga lingkungan kita lebih lestari. Pelajaran yang belum tentu di dapat dari tempat wisata lainnya.
Komentar