Banyaknya jalan utama dan jalan alternatif menuju Barus menandakan Kota Barus tempo dulu adalah kota dinamis berkembang pesat. Dahulu, kapur dari Barus dan Hamzah Fansuri merupakan dua kisah yang mengangkat nama Barus ke panggung peta dunia.
Jejak penyair sufistik Hamzah Al Fansuri yang hidup pada abad ke-16, juga sama samarnya dengan sejarah kapur barus (camphora), kayu kamfer digunakan untuk kedokteran pengobatan.
Dan Ketika SeMedan.com datang ke Barus November 2017 lalu. Kota Barus tidak ubahnya kota kecil tanpa narasi besar. Jalan-jalan kota seperti di perkampungan, padahal Barus adalah kota peradaban, tempat berkumpul suku bangsa dari kulit berwarna dan bahasa yang berbeda-beda.
Berikut ini sejumlah alternatif dari Kota Barus ke Kota Medan, begitu pun dari arah sebaliknya:
- Medan – Berastagi – Merek – Sidikalang – Menara Tele – Dolok Sanggul – Pakkat Humbang Hansudutan – Barus
- Medan – Tebing Tinggi – Siantar – Parapat – Balige – Siborong-Borong – Dolok Sanggul – Pakkat – Barus
- Medan – Berastagi – Merek – Sidikalang – Fakfak Barat – Subusalam – Rimo – Manduamas – Barus
- Medan – Tebing Tinggi – Siantar – Parapat – Balige – Tarutung – Sibolga-Sorkam – Barus
Jalur-jalur di Tapanuli Tengah menuju Barus umumnya dikelilingi perbukitan dan rawan longsor. Kota Camphora atau kota kapur barus yang berada di Tapanuli Tengah sudah laik untuk diapresiasi sebagai kota sejarah Islam.
Alangkah baiknya, apabila pemerintah setempat membangun kembali “replika” kota lama, lengkap dengan dermaga-dermaga pelabuhan internasional Kota Barus.
Barangkali membutuhkan waktu dan bea besar, tetapi bukan tidak mungkin mewujudkan kembali Barus Raya sebagai kota tua yang bertuah.
Komentar