Masjid Agung Kota Medan, Insya Allah tahun 2018 akan menjadi masjid futuristik yang dapat menjawab kebutuhan manusia modern. Satu di antara kebutuhan manusia modern adalah penyeimbangan antara pemenuhan spiritual dan material (rohani dan jasmani).
Bagian terpenting dari hidup manusia modern, ia harus dapat membedakan kebutuhan jiwa (kalbu-sukma) dan benda (raga-fisik). Tujuannya, agar manusia modern lebih menyayangi orang daripada menyayangi barang. “Orang” untuk disayang dan “barang” untuk digunakan.
Bukan sebaliknya, lebih menyayangi barang ketimbang orang. Memandang atau memperlakukan orang seperti laiknya barang (benda) mati, tanpa hati dan rasa.
Adapun korelasi antara manusia modern dan masjid terletak pada fungsi masjid secara hakiki. Dalam paradigma konvensional, konsep masjid hanya sebatas tempat ibadah kepada Sang Pencipta alam semesta beserta isinya, Dialah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Tunggal, Tiada Dua.
Memang, jika merujuk kepada harfiah semata dari arti masjid adalah tempat bersujud. Posisi bersujud dalam pandangan Islam adalah kedudukan yang terdekat antara hamba dengan Pencipta (berkomunikasi tanpa hijab).
Sementara dalam medis, sujud adalah bentuk gerakan yang dapat mengalirkan (menyuplai) darah ke otak untuk terapi stroke ringan. Banyak sujud dianjurkan bagi perempuan yang sedang mengandung agar persalinan lancar.

Masjid Agung Medan, Sumatera Utara segera berganti wajah menjadi masjid futuristik di masa depan. /Dok. Setiadi R. Saleh
Dalam pandangan lama, masjid hanya sekedar masjid. Setelah ibadah kemudian pulang ke rumah masing-masing. Tetapi, dalam pandangan kekinian yang modern. Masjid kalau bisa buka 24 jam, dilengkapi dengan pelbagai infrastruktur pendukung ibadah, AC, tempat belajar (sambungan wifi internet, tv layar datar dan buku-buku), tempat makan, tempat menginap musafir dan santri kilat, tempat mengaji dan mengkaji ilmu agama, tempat berwudhu yang bersih, dan ada juga sarana bermain bagi anak serta lain sebagainya.

Fasilitas air siap minum untuk umum yang terletak di halaman Masjid Agung Medan. /Dok. Setiadi R. Saleh
Pendek kata untuk ke depannya, bagaimanalah caranya agar umat mau datang dan betah beribadah berjamaah, mendirikan shalat lima waktu dan membaca Al-Qur’an sampai khatam. Tamasya wisata rohani benar-benar tembus ke tulang sulbi dan jantung hati. Bukan sekadar foto-foto selfie dengan masjid sebagai latar belakangnya tetapi shalat di masjid enggan sekali.
Mari merenung sejenak, kenapa dan mengapa Masjid Agung harus diperluas? Di saat yang bersamaan masih banyak masjid-masjid kecil di Kota Medan yang butuh bantuan dana sumbangan? Gambarannya kira-kira seperti berikut:
- Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin pada Hari Jumat (15/01/2016) meletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Agung Medan. Pembangunan Masjid Agung Medan menelan biaya Rp. 500 Milyar. Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, atas nama pribadi menyumbang Rp. 100 juta.
- Masjid Agung yang baru akan dibangun tiga lantai, lengkap dengan lapangan parkir untuk 400 mobil dan 1000 sepeda motor. Diperkirakan akan mampu menampung 7.000 jamaah. Masjid Agung lama hanya sanggup menampung 1200 jamaah.
- Belum termasuk kalau membludaknya jamaah pada musim hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Ramadhan, Maulid Nabi, 1 Muharram, Shalat Jum’at, dan seterusnya. Sedangkan untuk menara masjid tingginya hampir 200 meter. Tidak ada keterangan pasti, apakah menara masjid bisa dinaiki sampai ke puncak dengan memakai lift.
- Masjid Agung Medan yang terletak di Jalan Diponegoro bersebelahan dengan Kantor Gubernur Sumatera Utara, terakhir direnovasi pada tahun 1994. Kelak, bangunan Masjid Agung yang lama tidak akan dirobohkan karena bernilai sejarah.
- Umat Muslim di Kota Medan, semakin hari jumlahnya semakin banyak. Maaf, jangan sampai rumah ibadah agama lain jauh lebih besar, lebih megah, lebih bersih, lebih asri, dan semua yang lebih-lebih itu terasa sekali dimensi perbedaannya. Tidak mengherankan umat Muslim hanyut-larut pergi ke rumah ibadah agama lain dengan alasan wisata religi. Tetapi bukan datang ke Rumah Tuhannya sendiri (Muslim-muslimah ke Masjid).
- Khusus untuk masjid-masjid kecil yang sedang membangun atau renovasi. Sebaiknya segera dibantu untuk percepatan penyelesaian. Misalkan, setiap masjid-masjid yang memiliki properti berlebih seperti tikar sembahyang, ambal shalat, kipas angin, rak buku, rak telekung, soundsystem mikrofon + speaker, Alqur’an dan semua yang sudah dianggap berlebih, sudilah untuk disumbangkan kepada saudara sesama Muslim seaqidah. Hal ini penulis temui langsung di lapangan, masjid-masjid para mualaf di Kota Medan perlu bantuan.

Box telepon umum menggunakan koin yang berada di pelataran Masjid Agung Medan. Alat komunikasi telepon koin populer di tahun 1990-an. /Dok.Setiadi R. Saleh
Akhir kalam, hidup adalah sementara. Yang terjauh adalah masa lalu, yang terdekat adalah kematian. Oleh karena itu, sudah sepantasnya masyarakat Muslim menjadikan masjid bukan hanya untuk soal akhirat dan berdoa saja.
Tetapi, juga menjadi driving force (kekuatan kemudi) tenaga penggerak membahas soal-soal prinsip hidup yang krusial. Jangan sampai antara agama dan perilaku hidup sehari-hari tidak intunes (nyambung).
Insya Allah “siapa yang ikut membangun dan mendirikan masjid dengan ikhlas karena Allah SWT. Maka, Allah akan mendirikan bangunan megah di surga.” Mari kita doakan dan sumbangsih bersama supaya Masjid Agung Kota Medan, Insya Allah selesai tahun 2018 dan menjadi masjid futuristik yang dapat menjawab kebutuhan manusia modern di semua zaman.
Komentar