Ada perbedaan antara waktu shalat di India dan Indonesia. Jika, di Indonesia umumnya shalat dimulai di awal waktu. Di sejumlah mesjid di India shalat dimulai di akhir waktu (lihat jam digital). Di Indonesia setelah azan terkadang langsung iqamah. Baru juga azan, sudah iqamah. Kalau muazin tidak iqamah, maka jamaah “gelisah.”
Padahal jika kita tau ilmunya, berdoa antara azan dan iqomah adalah makbul terkabul. Oleh karena antara azan dan iqamah di India waktunya panjang sehingga amalan ruhaniah seperti membaca Qur’an, berzikir, dan doa panjang-panjang dapat terpenuhi. Tetapi, di Indonesia umumnya sulit demikian.
Oleh karena penetapan waktu shalat sudah ditentukan. Maka, ketika shalat akan dimulai, imam (ulama-maulana hafiz alim) sudah berdiri di tempat imam. Jadi, tidak perlu lagi makmum harus memberi kode seperti berdeham-deham agar iqamah dimulai. Di sinilah pentingnya ilmu agar dapat mendudukkan persoalan secara proporsional.
Dan jangan kaget, kalau di India masjid-masjid jamaahnya bisa ribuan sekali shalat fardhu. Di mesjid-mesjid biasa ratusan jumlahnya. Sedangkan shalat Jum’at terkadang harus dilakukan dua gelombang supaya cukup tempatnya.
Inilah kenapa dan mengapa kita disuruh “belajar” dakwah-tabligh ke India. Karena memang kekuatan dakwah ada di sana, di India. Kemudian bagaimana cara menghidupkan amalan masjid selama 24 jam diterapkan di India dan di seluruh dunia. Barulah Islam jaya.
Jadi, bukan dari bentuk bangunan fisik mesjidnya. Tetapi dari amalan yang hidup di dalam mesjid.
Komentar