Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw., bersabda, “Barangsiapa mengunjungi saudaranya di suatu kampung yang lain, maka Allah menugaskan satu malaikat untuk menjaganya. Malaikat bertanya, ‘Hendak pergi ke mana engkau?’ Ia menjawab, ‘Aku akan pergi mengunjungi saudaraku di kampung ini.’ Malaikat bertanya, ‘Apakah ada suatu kebaikan (milikmu) yang harus diberikan kepadamu oleh saudaramu itu?’
Orang itu menjawab, ‘Tidak ada. Tetapi aku mencintainya semata-mata karena Allah.’ Malaikat itu berkata, ‘Aku adalah utusan Allah kepadamu (untuk memberitahumu) bahwa sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla mencintai kamu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah.” (Hr. Muslim, bab Keutamaan mencintai karena Allah, Hadits nomor 6549).
Jadi, berpergian dan pulang atau saling kunjung-mengunjungi memang disuruh dalam agama dan termasuk perintah Allah SWT, “Mengembaralah kamu ke muka-muka bumi supaya kamu temukan hikmah-hikmah dan jalan-jalan hidayah yang tersembunyi.”
Begitu juga nasihat dari orang-orang dahulu, “Dunia adalah sebuah buku dan mereka yang tidak bepergian hanya membaca satu halaman. Lebih baik melakukan perjalanan satu mil daripada membaca seribu buku.” Lalu kenapa tiba-tiba menjadi takut berpergian walaupun itu harus pulang menuju ke tanah kelahiranmu sendiri.
Dan ketika Anda bepergian, ingatlah bahwa negara atau tempat yang asing tidak dirancang untuk membuat Anda nyaman. Itu dirancang untuk membuat orang-orangnya nyaman. Maksudnya, warga tempatan yang mendiami tempat tersebut. Dan sudah pasti ketika kita berpergian, kita langsung belajar mengenai tempat tujuan dan tempat dari mana kita bermula.
Dan tidak mengherankan kalau tiba-tiba kita jatuh cinta dengan kota-kota yang belum pernah dikunjungi dan orang-orang yang belum pernah ditemui atau baru ditemui. Kata Ibnu Batutah, “Bepergian membuat Anda tidak bisa berkata-kata, tetapi mengubah Anda menjadi pendongeng.” Biasanya setelah berpergian-melancong dan setelah pulang banyak cerita yang keluar dari mulut dan hati kita.
Kata pepatah, “Siapa yang hidup banyak melihat. Siapa yang bepergian melihat lebih banyak.” Oleh karena itu sering-seringlah saling kunjung-mengunjungi supaya Fobia Sosial dapat terobati. Bukankah orang yang suka mengembaralah yang dapat menemukan jalan yang baru.
Pula begitu halnya dengan perjalanan abstrak SeMedan yang dipenuhi afeksi, cinta, kekerabatan, keramahan, dan persahabatan. Semoga demikian.
Komentar