Wajah-wajah India, diftong India, masakan dan restoran India, kuil-kuil India, film India, musik India, tari India, Muslim India, dan lain sebagainya. Pendek kata, semua tentang India begitu familiar. Barangkali, ketidakasingan itu karena saya tinggal di Tanah Deli.
Jadi, nuansa New Delhi di Kampung Madras – little India Medan sudah akrab. Dan ketika saya berada di New Delhi dan di pusat bisnis India-Mumbai. Rasanya ada persamaan antara India Medan dengan India di India seperti seberkas fragmen dalam montase jiwa.
Di India harga-harga serba murah. Bahkan, semiskin-miskinnya orang India di India terutama yang Muslim. Sehari-hari masih dapat menikmati makan daging kambing dan daging kerbau yang diolah dengan masakan kari dan roti.
Dan entah bagaimana cara mereka memasak daging sehingga terasa begitu lembut dan maknyes…. sodap betul! Digigit tidak bikin sakit gigi, disantap tidak bikin darah tinggi kolestrol.
Pokoknya India top dan paten! Bahkan uang sebesar satu rupe (setara dengan dua ratus perak) masih dapat membeli sesuatu. Tetapi, sepertimana kata pepatah, “Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri.
Bagaimanapun senangnya dan enaknya hidup di negeri orang (India), masih lebih senang hidup di negeri sendiri (Indonesia).
Selama di India kurang lebih tiga bulan, tidak begitu banyak tempat yang dapat dikunjungi. Hanya sebentar-bentar saja, sebentar di Shamli Distrik Uttar Pradest, sebentar di Bulandshahr Uttar Pradest, dan terakhir di Mumbai Distrik Maharastra.
Antara ketiga tempat ini terdapat perbedaan seperti di Shamli dan Bulandshahr adalah daerah sub-urban pinggiran kota. Sedangkan Mumbai adalah kota bisnis. Induk pemerintahan berada di Delhi, tetapi pusat bisnis berada di Mumbai.
Pelajaran yang dapat dipetik dari India adalah bagaimana sikap dan kemandirian India sebagai sebuah bangsa yang bangga akan produk dalam negeri. Menjadikan India sulit terkena dampak inflasi dan influensi dari pengaruh luar.
Kemudian yang menjadi menarik lagi, di India sedang digalakkan amalan menghidupkan masjid selama 24 jam, sebagaimana masjid nabawi ketika Rasulullah saw., dan para sahabat, tabiin masih hidup. Semoga Allah SWT memberi kita kepahaman. Insya Allah.
Komentar