Tengku Zulkarnaen dari MUI Pusat Jakarta dalam sebuah majelis ilmu di Masjid Agung Medan (8/5/2016) lalu berbicara tentang pentingnya dakwah. Jika dakwah dilakukan hanya oleh para ulama. Maka, dakwah akan gagal. Syarat berdakwah tidak susah, modalnya cuma satu ayat. Tau satu ayat amalkan lalu sampaikan. Kita berdakwah mengajak orang untuk beribadah, kita juga sama-sama beribadah. Tidak ada ibadah tanpa dakwah.
Kalau sekarang terbalik dan mengatakan, “kamu bereskan dulu diri kamu, baru bereskan orang lain.” Kalau ini yang dipakai bisa rusak kita. Lihat orang azan, mengajak orang untuk mendirikan shalat. Juru azan, muazinnya juga belum shalat. Coba bayangkan, kalau muazin azan, lalu ia shalat duluan sendirian, lalu shalat sunnat, lalu zikir, dan seterusnya, baru kemudian mengajak orang shalat dengan alasan, “saya sudah shalat dan sudah membereskan urusan saya dengan Tuhan.”
Begitu pun dalam keluarga, kalau kepala keluarga harus beres dulu ibadahnya baru mengajak istri dan anak-anak untuk mau ibadah, harus menunggu berapa lama orang baru akan beriman. Kita berdakwah (mengajak), kita juga sama-sama beribadah dan harus istiqomah.
Makanya, dakwah ini adalah tugas besar yang diemban siapa saja. Karena ia sifatnya mengajak kepada kebaikan dan bersegera menuju ampunan Allah dan memberi peringatan agar tidak bermaksiat kepada Allah. Antara yang pendakwah dengan yang didakwah sama-sama beribadah. Ada dakwah, ada ibadah, ada iman, ada Islam. Kalau soal pendalaman ilmu agama baru tanya kepada orang alim dan ulama. Tetapi, dakwah ada tugas bersama.
Saudara-saudara yang dirahmati Allah. Dakwah ini ajaib, bisa mendatangkan iman dan meningkatkan iman berkali-kali lipat. Mengajak orang lain beriman dan mengucapkan Subhanallah saja pahalanya seperti “pohon besar” yang tidak habis dikelilingi oleh kuda tercepat sekalipun. Allah mencintai orang beriman melebihi cinta Allah SWT kepada alam semesta. Dunia tidak akan dikiamatkan selagi masih ada orang beriman.
Orang beriman bisa saja berbuat jahat. Tetapi, kejahatan dibayar dengan satu ganjaran kejahatan. Sedangkan kebaikan, Allah bayar sepuluh kali lipat. Allah bayar berapa banyak kebaikan yang kita buat. Kita beramal salih musti mengikuti nabi. Sebab, sungguh telah ada pada diri Nabi Muhammad SAW teladan yang baik.
Oleh karena itu, selagi sehat dan ada umur. Perbanyaklah amal salih, shalat, zikir, taklim wa ta’lum (belajar-mengajar), baca Qur’an. Dunia adalah tempat bercocok tanam untuk berbuat kebaikan. Insya Allah di dalam kubur kita nanti tumbuh taman-taman surga. Kita panen untuk bekal di akhirat kelak. Amin…
Baca juga:
Tiga Tokoh Melayu Dalam Satu Tungku, KH. Tengku Zulkarnaen, Pangkostrad Edy Rahmayadi, Datuk Syamsul Arifin
Ribuan Orang Hadiri Maulid Nabi di Pesantren Al-Mundziri
Komentar