Pada Hari Jum’at, 21 Oktober 1921, pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah gereja. Letaknya berhadapan dengan kantor pemerintahan Hindia Belanda di Tanah Deli (kini Kantor Gubernur Sumatera Utara). Sampai sekarang Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Jemaat Immanuel Jalan Diponegoro Nomor 24-27 masih berdiri dan termasuk dalam cagar budaya Kota Medan.
Landmark gereja GPIB Immanuel menarik dicermati. Bangunannya bercat putih teduh, bernuansa klasik dengan puncak menara berbentuk kubah dihiasi empat jam dinding menghadap arah mata angin berbeda (Timur-Barat-Utara-Selatan).
Dahulu, setiap jam dinding gereja menunjuk pas di angka dua belas, lonceng gereja berbunyi seirama dengan jam dinding yang terpasang di menara. Terdengar gema sampai ke Gedung Balai Kota yang puncak menaranya memiliki jam dinding juga. Suara dentang jam terdengar sampai jauh karena zaman kolonial jarang kendaraan modern yang menimbulkan polusi suara.
Zaman itu, paling-paling kuda delman atau sado sebagai alat transportasi publik. Kini, jam dinding di menara gereja dan balai kota mati. Terasa hening sunyi. Sehening ketidak pedulian sebagian orang terhadap sejarah di Kota Medan.
Kalau ditelusuri jauh ke belakang. Sekitar tahun 1906, Belanda mengutus sejumlah pendeta ke Indonesia yang kala itu masih berupa teritori berdaulat sesuai negerinya masing-masing (Sumatera, Jawa, Maluku, Aceh, dan seterusnya). Zending (penyebaran) agama Kristen di Sumatera Utara terus mendapat kesempatan luas atas bantuan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), perusahaan dagang Kerajaan Belanda.
Oleh karena itu, dibuatlah sebuah gereja Protestan yang sekarang dikenal Gereja Immanuel.
Baca juga:
Graha Maria Annai Velangkanni
Jika memang sudah termasuk dalam ranah cagar budaya Kota Medan, ada baiknya gereja ini terbuka untuk umum. Tujuannya agar peminat sejarah bangunan tua dan generasi muda bisa belajar banyak tentang konsep arsitektur bangunan di era kolonial. Bukan hanya bangunan rumah ibadah tetapi juga melingkupi lanskap tata-ruang Kota Medan secara keseluruhan.
Kala senja di Gereja Tua GPIB Immanuel Old Church Medan. Burung-burung gereja mungil terbang menjauh menjemput malam. Dan waktu pun berlalu bersama laluan sejarah yang kian kelabu. Sendu.
Komentar