Sejak kabut asap kembali selimuti Kota Medan. Sinar mentari pergi, langit tidak biru lagi di siang hari. Bintang dan rembulan seakan tiada berbinar di malam hari. Setiap saat, udara mengandung api. Hujan turun, tetapi langit buram dan kabur, pekat dan pedih terasa di mata.
Jarak pandang antar kendaraan meraba. Nafas di dada terbata. Semua yang indah, pepohonan, dedaunan hijau, warna-warni flora dan fauna kini kelabu tiada harapan baru.
Terkadang tidak dapat lagi dibedakan mana yang namanya kabut (halimun), uap atau asap selintas terasa mirip tetapi efeknya berbeda. Barangkali dari sinilah muncul istilah ad-dukhan (satu kata mengandung tiga arti) yang dalam Bahasa Arab berarti kabut, asap, dan uap.
Oleh karena itu, guna memastikan situasi dan kondisi terkini kabut asap di Kota Medan, SeMedan.com mencoba patroli memantau wilayah sub-urban (pinggiran) Kota Medan yakni, Kampung Kolam Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Kendati Tembung terletak di pinggiran Kota Medan sebenarnya tidak dapat lagi disebut “terbelakang.” Sebab, Tembung terbaru yang dulunya merupakan kawasan hamparan pepohonan buah duku, rambutan dan tebu. Lalu berubah menjadi lahan kebun sawit, kemudian berubah lagi menjadi perumahan.
Kini, Tembung sedang bergerak menuju kota mandiri dilengkapi ruko, plaza, mall, sekolah, rumah sakit, rumah ibadah, lapangan sepakbola, waterpark, pajak tradisional, bank, galon minyak (SPBU) dan fasilitas umum lainnya.
Sedangkan Kampung Kolam yang masih berada di wilayah Tembung adalah sentra pertanian padi dan sayuran, perlahan pun mengalami nasib sama dengan Tembung. Tiada lagi lahan kosong tersisa dan mulai ramai pembangunan properti perumahan.
Di Tembung, Kampung Kolam atau sekarang disebut Desa Kolam termasuk populer dan ramai diperbincangkan di media sosial karena berdasarkan cas•cis•cus dulunya bertalian erat dengan peristiwa berdarah Gerakan 30 September 1965.
Selain itu, pernah ada kejadian seorang mandor bernama Sumo (kadang disebut Sukmo) bersama 20 orang anak buahnya hilang tidak tau kemana. Karenanya, kampung setempat dinamakan Sumo Ilang (Jiwa yang hilang-dalam Bahasa Jawa diterjemahkan demikian). Wallahu A’alam belum ada penelitian ilmiahnya.
Modernisasi telah terjadi di Tembung. Terlebih lagi, sejak Polonia tutup dan Bandara Internasional Kualanamu dibuka (Lihat Video: Petunjuk Jalan dari Tembung ke Bandara KNIA).
Baca juga:
Bandara Polonia Ditutup jadi Pangkalan Udara Soewondo
Rujak Buah Simpang Jodoh Sejak 1970, Pasar 7 Tembung
Kota Tembung tumbuh melesat cepat dan menjadi incaran banyak investor untuk berinvestasi. Pasalnya selain Tanjung Morawa dan Lubuk Pakam, kota terdekat dari Bandara Kualanamu adalah Tembung dan Aras Kabu.
Komentar