Lumpur-lumpur yang melekat di ban kendaraan menjadi saksi betapa berat beban masyarakat Dusun XV, Desa Paluh Kurau, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Jalan ke tangkahan menuju penyebrangan Kuala Besar selesai hujan, kondisinya rusak parah, licin, becek, lengket, dan macam kubangan kerbau. Kemudian, rumah-rumah penduduk tampak kumuh lusuh, berbahan tepas, beratap nipah atau rumbia, dan berlantai tanah.
Dan sejauh ufuk mata ditambatkan, melihat Dusun Paluh Kurau laksana melihat dunia baru yang tercipta dari abu.
Dan ketika tim ekspedisi SeMedan.com menyusuri Jalan Paluh Kurau, hanya sesekali terlihat bendera parpol-parpol tertentu, itupun sudah usang.
Barangkali bekas tahun lalu sedangkan foto-foto caleg tidak ada yang tertancap di pokok-pokok kayu sepertimana yang berselemak di Kota Medan.
Lalu, minimnya informasi atau himbauan dari pemerintah yang biasa mudah ditemukan di ruang-ruang publik. Apakah ini isyarat bahwa Paluh Kurau kurang mendapat perhatian serius. Sungguh naif!
Di Paluh Kurau, jalan rusak berat dan tergenang selepas hujan adalah pemandangan lazim. Masyarakat sudah jenuh mengeluh dan nafas mereka melenguh seperti lumpuh bertimpuh.
Tidak ada upaya dan daya selain pasrah dan terima nasib. Pilu!
Padahal seandainya, andaikata, manakala Paluh Kurau dikelola secara sadar dan nalar. Tempat ini sungguh asyik untuk dijadikan libur di tepian kota.
Tambak udang, hutan sawit, bakau mangrove, paluh-paluh kecil, kepiting, udang, tanaman pandan berduri untuk tikar sebagaimana yang dibuat untuk tikar Gayo.
Seluruh yang ada di Paluh Kurau dapat dijadikan komoditi bernilai ekonomi kreatif. Dan semoga Allah SWT menolong masyarakat Paluh Kurau. Amin.
Komentar