Sudako adalah transportasi umum yang ada di Kota Medan sejak tahun 1970-an, dan populer di tahun 80-90-an. Sampai sekarang Sudako masih beroperasi. Sebagaimana angkot, Sudako memiliki lin (jurusan-trayek) tertentu menghubungkan satu terminal (pangkalan) ke terminal lain seperti Pusat Pasar Pajak Sambu, Kampung Lalang (Pinang Baris), Amplas.
Ditinjau dari arti nama Sudako yakni, Sudaco tulisannya dibaca Sudako. Akronim dari SUDACO adalah Sumatera Daihatsu Company. Versi lain SUDAKO kependekan dari Sarana Umum Dalam Kota.
Kependekan Sudako selain Sumatera Daihatsu Company, Sarana Umum Dalam Kota. Arti lain Sudaco (Sudako) adalah Suzuki, Daihatsu, Colt. Tiga nama-nama ini adalah merek kendaraan buatan negara matahari terbit (Jepang).
Kadang orang Medan menyebut jenis Sudako sesuai tipe mesin seperti Hijet 55 yang sampai sekarang masih melintas di depan Istana Maimun Medan dengan rute jurusan Sambu-Marendal-Deli Tua.
Jenis tipe Sudako lainnya seperti Daihatsu S38, Daihatsu Hijet 55 Wide, Daihatsu Hijet 1.000. Tetapi, ada satu jenis Sudako yang unik dan nyaring sekali.
Kalau tidak keliru tipenya Daihatsu S38, mesinnya masih 2 tak dan 500 cc atau disebut ‘Daihatsu Truntung. Suaranya trungggggg…tung…tung…tung…tung. Harusnya Sudako model seperti ini yang menjadi ikon unik kota Medan.
Bentuk Sudako bukan seperti angkot yang bermuatan normal 14 orang di belakang, 2 di samping supir, belum lagi ditambah bangku tempel (kursi tambahan). Jadi, satu angkot bisa muat 16-17 orang. Kalau supir rada sableng atau atas permintaan penumpang, ada juga yang bergelayutan-berdiri dekat pintu.
Keselamatan nomor keseratus, terpenting sampai di tujuan.
Jika naik angkot pintunya dari samping, penumpang Sudako naik dari belakang. Antar sesama penumpang kalau sudah duduk terkadang tidak sengaja lutut saling bersenggolan. Jadi, dapat dibayangkan betapa kecil dan sempitnya Sudako yang bermuatan sekitar 12 orang.
Lantaran watak orang Medan umumnya suka “becakap-cakap” dan bisa cepat saling akrab, lalu bekoyok atau bekombur panjang lebar sampai tak terasa tiba di tempat tujuan.
Oleh karena antara penumpang dan supir terhalang kaca. Penumpang disediakan bel sebagai tanda minta berhenti mau turun. Berbeda dari angkot, si penumpang tinggal teriak, “Kiri bang! Atau pinggir bang!” Kalau supirnya tak mendengar, teriak lagi, “Oi…Pinggirrrrrrr!” Paling-paling kalau supirnya lagi emosi dijawab dengan sedikit kasar, “Sabarlah lontong, gak kau tengok ada becak di mukak!”
Penumpang yang terpancing emosi, kadang mencampakkan ongkos begitu saja. Begitulah di Kota Medan, orangnya keras, mudah naik pitam.
Berdasarkan pantauan patroli SeMedan.com, sehari-hari Sudako di Kota Medan masih melintas di jalan-jalan raya Kota Medan seperti Jalan Imam Bonjol Kantor Gubernur Sumut, Pulo Brayan, Marelan, Simpang Cemara H. Anif, Olympia, Simpang Limun, Batas Kota Poldasu, Sunggal, Kampung Durian, Diski, Tembung.
Baca juga: Fakta dan Tempat Unik Lengkap Tentang Kota Medan Yang Perlu Diketahui
Komentar