Kamu tahu Kota Barus? Kota kelahiran Hamzah Fansuri ini adalah kota tua di tepian pulau Sumatera yang berbatasan langsung dengan samudera Hindia. Lebih tepatnya berada di kabupaten Tapanuli Tengah, provinsi Sumatera Utara.
Pada masa kejayaannya, kota Barus dikenal sebagai kota pelabuhan yang menghubungkan pulau Sumatera dengan berbagai negeri di seluruh dunia selama ratusan tahun. Dari kota ini pula salah satu jalur masuk dan berkembangnya agama Islam dan Kristen di Indonesia khususnya di Sumatera bagian utara.
Konon, nama kota Barus diambil dari nama tanaman yang menjadi komoditas utama kota tersebut yakni kapur barus. Kapur barus berasal dari pohon barus, yang banyak tumbuh di daerah ini. Karena keharuman dan khasiatnya sebagai obat, kapur barus diperdagangkan hingga ke Arab dan Persia.
Ketenaran akan khasiat kapur barus tersebar ke seluruh dunia hingga membuatnya diburu dan dieksploitasi secara berlebihan. Sehingga kini, keberadaan tumbuhan tersebut sangat sulit ditemukan.
Sebagai kota persinggahan Internasional pada masanya, kota Barus menjadi rebutan hingga mengalami beberapa kali pergantian kekuasaan. Sejarah mencatat, kota Barus mengalami masa kejayaan dibawah pemerintahan Kerajaan Sriwijaya dan mengalami kemunduran ketika dijadikan kota emporium oleh Kerajaan Aceh.
Meski kota penuh sejarah itu telah kehilangan kejayaannya, namun peninggalan-peninggalan yang menunjukkan kegemilangan masa silam masih tertinggal jelas. Inilah salah satu alasan yang menjadikan kota Barus tak pernah kehilangan pesona meski telah kehilangan pamornya di mata dunia.
Banyak arkeolog dari dalam dan luar negeri sengaja datang ke kota Barus untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan sejarah serta eksploitasi arkeologi. Situs sejarah yang banyak dikunjungi wisatawan adalah benteng Portugis, makam mahligai dan makam Papan Tinggi.
Apa saja yang menjadi daya tarik ketiga objek wisata tersebut? Dan bagaimana cara menuju ke lokasi situs berusia ratusan tahun tersebut akan penulis jelaskan berikut ini.
Perjalanan Menuju Lokasi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kota Barus berada di kabupaten Tapanuli Tengah provinsi Sumatera Utara. Jarak dari kota Medan menuju Kecamatan Barus kurang lebih 266 km. Dari kota Medan pengunjung harus menempuh perjalanan darat menggunakan transportasi umum maupun mobil pribadi selama 9 hingga 10 jam.
Jika sudah tiba di kecamatan Barus, tinggal tanya saja dengan penduduk sekitar ataupun supir angkutan umum mengenai arah objek-objek wisata yang ingin dijelajahi. Namun jika perjalanan via Sidikalang, biasanya objek wisata Makam mahligai adalah yang pertama kali dijumpai.
Papan penanda objek wisata tersebut juga terpampang jelas di pinggir jalan, sehingga pengunjung tidak sulit menemukan objek wisata yang dimaksud.
Sedangkan untuk menuju kedua objek wisata lain, pengunjung harus banyak bertanya, sebab kedua lokasi tersebut ataupun papan penanda objek wisata tidak terletak di pinggir jalan utama.
Mengintip Kegemilangan Masa Silam
Objek wisata yang pertama dikunjungi adalah Makam Mahligai. Disebut Makam Mahligai karena kompleks pemakaman syaikh Imam Khotil Muazamsyah Biktibai dan para pengikutnya tersebut diibaratkan sebuah mahligai atau istana kecil. Mereka adalah syaikh dan ulama penyebar agama Islam yang bermukim di kota Barus.
Menuju kompleks pemakaman, pengunjung harus berjalan melewati bukit dan padang rumput yang luas beratap langit biru yang bersih.
Selanjutnya menuju objek Makam Papan Tinggi. Makam Papan Tinggi juga merupakan situs peninggalan ulama yang menetap di kota Barus hingga akhir hayat. Makam Papan tinggi berada di Desa Penanggahan, berjarak hanya 3 km dari Makam Mahligai.
Makam Papan Tinggi berada di atas bukit berketinggian 200 meter diatas permukaan laut. Begitu tiba di lokasi, pengunjung hanya diminta uang retribusi pengembangan areal wisata kurang dari Rp. 5.000,-. Selanjutnya pengunjung akan menyusuri hutan karet kecil hingga menjumpai anak tangga batu yang digunakan untuk mencapai pemakaman.
Anak tangga yang harus dilewati berjumlah 710 anak tangga.
Jangan memikirkan lelahnya, karena sepanjang perjalanan menuju pemakaman, pemandangan alam berupa bukit, gunung dan hamparan sawah yang tampak dari ketinggian mampu mengobati rasa lelah.
Destinasi terakhir adalah Benteng Portugis yang terletak di tepian barat pantai Barus. Sayangnya, benteng tersebut tampak sangat tua dan tidak terawat. Batu pondasi bangunan tampak berserakan sejauh mata memandang.
Benteng tua ini sangat luas dan memancing decak kagum, namun hingga kini tidak diketahui nama spesifik serta luas benteng tersebut secara pasti.
Demikianlah tiga diantara sekian banyak objek wisata menarik di Kota Barus, semoga bisa menjadi referensi jika ingin berwisata ke Barus.
Komentar