Plaza terbakar dan gedung terbengkalai menjadi pemandangan yang menyeruak di antara derap pembangunan Kota Medan. Masih ingat dalam benak pembaca, sebuah plaza tertua di Medan, Sabtu (22/8/2015) terbakar hebat.
Kebakaran terjadi di Gedung Medan Plaza, Jalan Iskandar Muda. Api dengan cepat menyambar dan menghanguskan seluruh bagian gedung. Kondisi Medan Plaza, kini “terdiam” menanti harapan agar berfungsi seperti sedia kala.
Marilah sejenak kita masuk ke dalam “kapsul waktu” nostalgia ke tahun 1990-an saat mall atau pasar raya dan pusat perbelanjaan belum ada di Kota Medan. Kala itu, plaza adalah tempat favorit untuk mejeng (méjéng), ngeceng (ngecéng) dan bonceng (boncéng).
Mejeng dalam arti kata memperagakan diri dengan penampilan atau dandanan yang berlebihan untuk menarik perhatian orang. Ngeceng adalah berlagak dan jual tampang. Sedangkan bonceng, jalan-jalan naik kendaraan roda dua. Zaman dulu tidak banyak orang yang punya stang bulat (mobil) atau sepeda motor. Punya kereta (sepeda motor) saja dianggap tajir borjuis.
Kemudian aktifitas di dalam plaza biasanya orang dulu selain jalan-jalan, nonton film bioskop dua cerita, berbelanja, main games ding-dong dan cuci mata lihat cewek cantik, mana tau bisa kenalan, makan bersama teman atau keluarga. Sehabis makan saling bicara, tertawa dan bercanda satu sama lain.
Baca juga: Bioskop di Medan Kini Tinggal Kenangan
Bukan seperti zaman sekarang kadang “jumpa tengah” atau hangouts bersama, cari kawan nonton, makan bersama, siap makan setelah itu menjadi “generasi tunduk” masing-masing nunduk sibuk melototi smartphones melihat tombol merah facebook atau berdebar mendengar suara tang-ting-tung bbm messenger, line what apps dan gelisah jika tidak segera membalas. Emosi hidup dikendalikan mesin. Emoticons menggantikan ekspresi roman wajah sesungguhnya.
Manusia hidup membutuhkan kenangan supaya tau darimana ia bermula dan kemana ia akan berakhir. Satu di antara “pemanggil” memori kenangan itu adalah bangunan plaza selain monumen bersejarah. Tetapi, apalah artinya karena nantinya juga akan hancur seiring waktu berlalu.
Tengoklah Deli Plaza, Medan Plaza, Perisai Plaza, Istana Plaza, Olympia, Thamrin Plaza dan sebagainya. Bangunan-bangunan itu seperti “diam” lewat tanpa kata. Segelintir saja yang masih membicarakannya. Lama-lama lupa seketika dan selamanya.
Plaza terbakar dan gedung terbengkalai. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, manusia enggan mendekat, burung-burung srigunting dan burung walet enggan masuk ke dalam gedung yang sudah menghitam. Kondisinya persis seperti “rumah hantu” dalam sekam. Nostalgia dan romantika akhirnya terkulai. Pedih!
Baca juga:
Gedung Medan Plaza Terbakar!
Kantor Dispenda Sumut Terbakar
Centre Point Hampir Terbakar
Pajak Melati “Pamela Monza” Terbakar
Pajak Aksara Medan Terbakar
Komentar