Lapangan Merdeka Medan adalah sebuah alun-alun kota, Dulu masyarakat bisa masuk dari berbagai sisi sebelum dibangun pusat kuliner “Merdeka Walk” disisi depan lapangan. Lapangan ini memiliki peran penting dan perkembangan sejarah kota Medan.
Pada zaman Belanda tahun 1880an, namanya adalah De Esplanade. Pada tahun 1942, nama Esplanade berubah menjadi Fukuraido yang juga bermakna “lapangan di tengah kota”. Pada 9 Oktober 1945, nama Fukuraido berubah menjadi Lapangan Merdeka dan disahkan Wali Kota Medan, Luat Siregar.
Lapangan Merdeka memiliki nilai sejarah yang tinggi, berbagai peristiwa sejarah berlangsung di Lapangan Merdeka, seperrti upacara penyambutan pilot pesawat yang mendarat pertama kali di Medan pada 22 November 1924. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Gubernur Sumatera yang pertama, Teuku Muhammad Hasan pada 16 Oktober 1945.
Hingga sekitar tahun 1950, di Lapangan Merdeka juga terdapat Monumen Tamiang yang didirikan pemerintah Belanda untuk memperingati tentara Belanda yang menjadi korban dalam Perang Tamiang (1874-96). Di sebelahnya terdapat sebuah geriten (jambur Karo) yang kini juga telah tidak ada.
Lapangan Merdeka Medan dikelilingi berbagai bangunan bersejarah dari zaman kolonial Hindia Belanda, di antaranya Kantor Pos Medan, Hotel De Boer (Dharma Deli), Gedung Balai Kota Lama dan Gedung de Javasche bank (Bank Indonesia). Di sekelilingnya juga ditanami pohon trembesi yang sudah ada sejak zaman Belanda.
Lapangan Merdeka, bukan sekedar alun-alun kota, melainkan instrumen rekam jejak sejarah dengan perubahan Kota Medan yang merubah makna dan nilai kesejarahan Lapangan Merdeka. Lapangan Merdeka harus Merdeka, agar senantiasa terekam dalam memori setiap generasi.
Komentar