Di negeri-negeri Melayu Sumatera dinamakan burung tempua. Ada beberapa spesies jantan burung tempua mulai yang berkepala kuning, hitam, merah. Umumnya tempua bersarang tinggi di nyiur pokok kelapa. Jika tempua bersarang rendah berarti ada sesuatu di sekitarnya seperti sarang tawon atau ular di semak belukar. Sedangkan di Pulau Jawa, tempua disebut burung manyar.
Burung tempua pemakan benih dan biji-bijian, terkenal cerdik dan arsitek ulung dalam membuat sarang. Tetapi, dibalik kecerdasan burung tempua terdapat kisah pilu penanam padi. Penjual burung tempua membagikan cerita tersebut kepada SeMedan.com.
Sepintas kalau melihat burung tempua terkurung di dalam sangkar, timbul rasa iba mendalam melihat nasib burung tersebut. Sebaliknya, melihat penjual burung akan muncul berbagai spekulasi pertanyaan. Apakah penjual burung tidak mengetahui bahwa menangkap, mengurung, dan menjual burung adalah perbuatan kurang baik? Tetapi, di satu sisi yang lain, petani sangat terbantu agar padi bisa dipanen. Bagaimana menilainya, pembaca SeMedan barangkali lebih tau.
Kata penjual burung, “Petani malah terima kasih sama kami bang. Orang itu bisa panen, kalau gak nangislah. Dapat padi isinya kopong, paling dapat berapa mug aja. Bukan lagi kilo tapi mug, abang pikirlah itu.”
“Tempua, burungnya kan kecil bang, apa separah itu. Bukannya yang ganas dan merusak itu belalang.” Tanya penulis.
“Tempua ini ganas bang, tak pernah kenyang dia. Siap makan berak, siap makan berak. Begitu terus, habis di atas batang padi turun dia ke bawah. Kalau abang tengok orang-orangan di tengah sawah. Manalah takut lagi burung tempua, dipikirnya ah main-mainan ajanya itu.” Kata penjual burung sambil ketawa.
“Tempua ini sarangnya kan tinggi bang, cemana cara abang nangkap begini banyak burung.” Kata saya penasaran.
“Pakai jaring bang.”
“Kalau dijual ini berapa perekornya bang, makanan burungnya cemana?”
“2000 bang, makan gampang kasih aja beras. Kalau beli padi manalah sanggup. Jangan lupa kasih minumnya.”
Penjual burung saat menjualkan burung tempua sering mengingatkan kepada anak-anak yang membeli. Sebaiknya burung dirawat baik-baik, disayang, kasih minum, kasih makan. Jangan sakiti makhluk Tuhan.
Lain tempat, lain aturannya. Jika di Sumatera, tempua tak ada harganya. Sebaliknya, di Malaysia burung tempua adalah burung yang dilindungi dan harus ada lisensi dalam hal penangkapan dan perburuan.
Kalau tidak berada-ada takkan tempua bersarang rendah.
—Pepatah Melayu
Baca juga:
Rintihan Kucing Kecil di Malam Ramadhan Yang Sunyi
Komentar