Balon Google internet atau “Project Loon” pertama kali dibuat Google tahun 2011. Baru tahun 2013 diperkenalkan ke publik. Tujuan Balon Internet Google untuk membawa atau menyebarkan internet ke 2/3 belahan bumi yang sama sekali belum memiliki akses internet.
Balon internet Google Indonesia pertama kali mengudara sejak Januari 2016 dan berakhir Agustus 2016 dengan wilayah uji coba Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
Balon internet Google ibarat tower Base Transceiver Station (BTS) atau menara seluler di udara. Umumnya tower BTS dan infrastruktur serat fiber optik dibuat oleh operator seluler di Indonesia.
Di satu sisi memiliki tantangan teknologi tersendiri mengingat wilayah Indonesia yang terpencil terdiri dari banyak kepulauan, hutan, dan gunung-gunung.
Oleh karena itu, balon internet Google dianggap solusi untuk menjawab hal ini. Maka, tiga operator terkemuka di Indonesia: Indosat, XL Axiata, dan Telkomsel berniat menjalin uji coba terlebih dahulu berkerja-sama dengan Balon internet Google untuk menjangkau coverage area akses ke masyarakat luas di seluruh Indonesia.
Keunggulan Balon Internet Google yang terbang di 20 km di atas permukaan bumi (60.000 – 90.000 kaki), dan berada di lapisan stratosfer adalah bisa memancarkan sinyal jaringan long term evolution 4 G LTE dengan diameter 40 km, dan memakai frekuensi 900 MHz Telkomsel, Indosat, dan XL.
Balon-balon internet Google tersambung ke menara internet service provider (ISP) di darat. Kemudian sinyalnya diteruskan ke balon yang lain. Sambungan internet di angkasa ini kemudian dipancarkan ke permukaan bumi.
Dengan demikian ratusan orang dapat terhubung dengan internet. Kata Rich DeVaul, Kepala Arsitek Bidang Teknis Project Loon dalam video resmi Project Loon, “Pada intinya, kami mencoba menciptakan jaringan di langit.”

Ilustrasi balon internet Google yang terbang di lapisan stratosfer dan memancarkan sinyal long term evolution 4 G LTE. /Dok. Google
Cara kerja balon internet Google tidak memakai bahan bakar gas sebagaimana balon udara pada umumnya melainkan menggunakan tenaga surya. Peralatan untuk tenaga pada balon menggunakan panel surya pada siang hari dan baterai isi ulang pada malam hari.
Balon udara Google tidak mengangkut manusia sebagai pemegang kendali melainkan menggunakan navigasi angin untuk mengendalikan balon internet Google.
Meski balon internet Google Project Loon disambut baik. Di lain hal masih dianggap kontroversi. Sebab, bisa mengganggu sistem pertahanan negara dan stabilitas nasional terutama untuk aktivitas survei dan memantau seluruh jengkal geografis, laut, dan udara di Indonesia.
Tetapi, di sisi lain juga Indonesia selama ini menggunakan layanan citra satelit dari Google untuk menangkap illegal fishing.
Oleh karena itu, jika nantinya uji coba Balon Internet Google di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua berakhir Agustus 2016. Maka, antara tiga operator terkemuka: XL Axiata, Indosat, Telkomsel, dan pemerintah harus terlibat dalam setiap klausul perjanjian kerja sama dengan Project Loon Google.
Dengan demikian semua pihak tidak ada yang merasa dirugikan dan Balon internet Google bisa menjangkau dan membantu pemerataan jaringan internet di seluruh kepulauan Indonesia.
Komentar