Ada sejumlah fakta menarik tentang Kampung Madras, Kampung Keling, dan Kampung Kubur. Tiga nama kampung ini sebenarnya berada dalam satu wilayah, sama-sama berada di antara pertemuan Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Polonia. Tetapi, jika nama masing-masing kampung disebut secara terpisah. Maka, kesannya akan berbeda sesuai yang disematkan (labelling) oleh publik dan pemberitaan media massa.
Kampung Keling atau sekarang disebut Kampung Madras identik dengan “Little India” di Kota Medan. Lengkap dengan sajian kuliner lezat khas India, Sekolah Internasional Khalsa (kini tidak aktif lagi), Kuil Suci Shri Mariamman umat Hindu, Masjid Islam Ghaudiyah dan aneka perniagaan aksesoris Bollywood mulai pakaian sampai properti peribadatan sembahyang Umat Hindu di Jalan Cik Ditiro. Ketahuilah, persatuan antara Hindu dan Muslim kental sekali di Kampung Madras.
Sedangkan jika menyebutkan nama Kampung Kubur. Maka, identik dengan bronx (daerah hitam) sarang narkoba, perjudian, kriminalitas, dan semua yang negatif dinisbatkan kepada Kampung Kubur. Tidak terhitung berapa banyak pemberitaan media cetak, media elektronik, dan media online yang memberitakan penangkapan, penggrebekan, penembakan jurnalis oleh bandit-bandit di Kampung Kubur.
Pendek kata, Kampung Kubur seperti drama horor berlangsung tanpa henti. Syukurlah lambat-laun, pemberantasan dan penumpasan narkoba di Kampung Kubur berhasil. Hal ini berkat upaya yang dilakukan oleh aparat kepolisian, TNI, BNN, Pemko Medan dan kerja-sama warga setempat. Kini, Kampung Kubur berganti nama menjadi Kampung Sejahtera.
Jadi, kapankah tepatnya Kampung Madras, Kampung Keling, dan Kampung Kubur yang berada di Jalan Zainul Arifin Medan berdiri? Melihat dari tahun keberadaan Masjid Ghaudiyah dan Kuil Shri Mariamman yang berdiri tahun 1800-an, sudah pasti masyarakat India Tamil dengan sendirinya ada di Kampung Madras tahun 1800-an.
Kenapa dan mengapa nama “Kampung Keling” diubah menjadi “Kampung Madras.” Sebab, istilah “Keling” terjemahan dalam Bahasa Indonesia adalah hitam. Maaf, ada istilah “akal keling” yang menurut Kamus Bahasa Indonesia Modern konotasinya, curang dan licik. Padahal tidak semua orang India Tamil seperti itu.
Selain itu, istilah “Keling” tidak termaktub dalam Bahasa India. Sehingga nama “Keling” dianggap sebagai ejekan, hinaan, dan diskriminasi. Oleh karenanya, di kemudian hari semua tempat, lokasi, dan yang semua berlabel “Kampung Keling” termasuk plang arah penunjuk jalan harus berganti nama menjadi Kampung Madras.
Uniknya, pembiasaan lafaz orang Tamil setempat terkadang masih menyebut Kampung Madras dengan Kampung Keling.
Maka, nama “Madras” dianggap lebih manusiawi karena merujuk kepada nama sebuah tempat di India Selatan, asal-usul dari orang India Tamil yang ada di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Di Medan, populasi keturunan India Selatan, jauh lebih banyak daripada keturunan orang Punjabi India Utara yang umumnya beragama Sikh. Rata-rata keturunan India yang ada di Kota Medan bukanlah generasi pertama. Melainkan, sudah berketurunan dan lahir di Indonesia.
Sekalipun masyarakat India berbaur dan tersebar di seluruh kecamatan Kota Medan. Identitas tradisi asli mereka terpelihara dengan baik dan tidak luntur dikikis zaman. Inilah yang membuat Kampung Madras atau Kampung Keling selalu menjadi destinasi wisata menarik di Kota Medan, baik dari sisi kuliner malam hari, sejarah, dan keunikan masyarakat India Tamil itu sendiri.
Baca juga:
Kuil Shri Mariamman Kampong Madras
India Tamil, Antara Tanah Deli dan New Delhi
Gereja Suci, Graha Maria Velangkanni
Komentar