Di Medan Mencirim, seorang warga tidak sengaja ketika mencangkul di ladang menemukan emas batangan 24 karat 99%. Benda kuning tersebut bercap JM, entah akronim Johson Mayyer atau Johnson Matthey. Huruf tulisan kurang jelas sedikit samar dan terhapus debu tanah.
Dari segi bentuk, mirip sekali emas batangan atau emas balok. Tidak diketahui pasti asal-muasalnya dari mana? Letak persis posisi ditemukan dan kapan serta oleh siapa? Perlu kerja ekstra menelusurinya kembali.
Lokasi tempat ditemukan emas batangan tidak dapat dijangkau dengan kendaraan, baik mobil maupun sepeda motor. Terpaksa berjalan kaki melewati ladang cabai, tebu, jagung, dan tanaman merambat yang menyangkut di kaki saat melangkah. Tambah lagi terkena duri-duri bunga-bunga putri malu. Sesekali tampak pohon cipluk, buahnya kuning menggantung di tangkai.
Capung loreng terbang di antara rembang petang, belalang coklat melompat dari rumput menuju daun, dari daun menuju semak. Sampai jua akhirnya di sebuah hamparan pematang yang lapang seperti bekas tebu dipesiang (panen).
Titik kepastian lokasinya sedikit membingungkan. Sepintas dekat PTPN II Pabrik gula Sei Semayang. Tetapi, masih berada di Mencirim. Timbul pertanyaan, Mencirim atau Sei Mencirim berada di wilayah Kotamadya Medan atau Kabupaten Deli Serdang? Jika masuk wilayah Medan berarti Sei Mencirim hanya kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Sementara di lain hal ada juga Kelurahan Mencirim yang berada di Kota Binjai Timur. Ketika coba ditelusuri antara jalan tembus dari Mencirim Medan ke Mencirim Binjai atau sebaliknya, ternyata nihil.
Berdasarkan periwayatan orang pintar setempat, di sekitar areal Medan Mencirim terdapat benda-benda gaib yang dapat ditarik ke alam nyata. Tentu saja hal ini butuh “mahar” atau korban atau bahasa kasarnya tumbal. Mahar yang dimaksud bukanlah tebusan nyawa manusia. Melainkan sedekah atau tirakat badan dan puasa.
Sebagian benda-benda antik, unik, dan bernuansa magis disimpan oleh sejumlah warga seperti piring biru bermotif naga, piring anti basi, alu berdiri, dan keris kecil yang bisa berdiri tegak lurus. Ketika ditanya soal harga, jawabanya tidak ternilai dan sulit dihargakan. Sebab, benda-benda antik, kuno, langka tersebut dari warisan ke warisan. Tidak boleh diperjual-belikan serampangan.
Ada ikrar batin antara pemilik terdahulu dan pemilik kemudian, jika terjual harus kepada orang yang tepat. Uang mahar penjualan tidak boleh digunakan foya-foya.
Bagian tersulit yang dijangkau dengan nalar sehat, apakah betul “ditarik-ditransfer” dari alam gaib (tidak tampak) menuju alam nyata-kasat-benda yang nampak, ataukah benda-benda ini ditemukan ketika sedang mencangkul di ladang sisa-sisa harta kompeni yang ditimbun mati. Sebab, zaman dahulu kemungkinan saja sebagian orang kaya suka menyimpan/menimbun harta di dalam tanah dengan alasan takut dirampas/dirampok.
Bentuknya kuningan yang mungkin dahulu berharga sebagai alat tukar jual-beli barang. Tetapi, sekarang tidak berharga lagi. Kalaupun berharga tentu tidak bernilai.
Sedangkan temuan benda mirip logam mulia yang disangka emas batangan tersebut. Jika ditinjau dari referensi literatur adalah emas batangan (emas balok) bukan emas murni, campuran emas dan perak. Terdapat dua warna kuning dan warna putih. Mungkin dahulu kuningan berharga, sekarang kuningan tetaplah sebuah kuningan (campuran logam tembaga dan seng, Cn+Zn).
Adapun lambang JM adalah kode JOHNSON MATTHEY bertuliskan ASSAYERS & REFINERS, dalam kurung PLATTINIUM 99,99%. LONDON. Beratnya sekitar 1 kg, berbentuk kotak, tertoreh semacam sertifikat yang menerangkan rincian emas batangan tersebut.
Johnson Matthey adalah produsen kilang perak dan emas tertua di dunia. Didirikan pada tahun 1817 dan bergabung dengan George Matthey pada tahun 1851. Pada masa itu, buatan JM sangat terkenal di dunia sehingga di bawa ke mana saja oleh negara mana saja, termasuk kompeni Bangsa Eropa.
Tetapi, pertanyaan terpentingnya adalah kalaulah itu emas murni dengan kadar 24 karat, 99%, mengapa di pasaran barang antik internasional dihargakan tidak seberapa, itupun stoknya tidak tersedia. Apakah di setiap tempat, wilayah dan negara, kadar emas memiliki nilai yang berbeda-beda? Bukankah emas adalah logam mulia, murni, abadi, jika dibawa kemana-mana selalu berarti.
Jadi, menurut pembaca, apakah temuan emas batangan di Medan Mencirim, harta karun atau bukan? Sungguh pelik!
Komentar