KPU Sumut telah menetapkan nama tiga calon pasangan yang akan maju pada Pilgub Sumut 2018. Nama tersebut adalah Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah, JR Saragih-Ance Selian, dan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus. Selanjutnya, Hari Kamis dan Jumat, 11-12 Januari 2018, ketiga pasangan calon Gubsu-wakil Gubsu akan menjalani tes kesehatan di RSUP Adam Malik, Medan.
Pemimpin Pemimpin Sumut Zaman Now memang harus sehat, tetapi apa gunanya sehat, kalau tidak membawa manfaat bagi masyarakat. Mencari pemimpin zaman now bukan seperti mencari pemimpin zaman old. Istilah zaman now dan zaman old sebenarnya tidak tepat, tetapi begitulah istilah yang populer bagi netizen dunia maya untuk menggambarkan kekinian dan masa silam.
Pemimpin zaman old mengutamakan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian dan cemoohan. Sedangkan pemimpin zaman now mengutamakan pencitraan dan responsibilitas solusi instan.
Pilkada Sumut 2018 masih beberapa bulan lagi, tetapi benih-benih pertarungan untuk mencari sosok ideal bagi Gubernur Sumatera Utara terus menuai perdebatan. Sumut memiliki masyarakat yang heterogen bukan homogen. Masyarakat Sumut multikultural bukan plural.
Dan nampak-nampaknya, gagasan mencari dan memilih pemimpin dengan latar belakang militer atau sipil masih cukup mengemuka. Pemimpin yang religius dan non-religius menjadi pilihan tersendiri. Demikianlah, alam demokrasi tidak pernah selesai sebagai sebuah konsep dalam pedoman bernegara.
Baca juga:
Kapan Pilkada Sumut 2018?
Pilkada Medan, Sebuah Refleksi Tanpa Tendensi
Pilkada Medan, Kemana Harus Mencoblos
Kota Medan Tahun 1860-1950, Topografi M.A. Loderichs
Buku Pedoman Kota Besar Medan 1950-an
Kerapkali terjadi setelah pemimpin terpilih, sebagian orang merasa bahagia karena pilihannya telah terpilih. Seiring waktu berjalan mulai timbul kekecewaan yang berujung kepada penyesalan terhadap pemimpin pilihannya. Pertanyaannya, mengapa selalu ada jurang antara harapan dengan kenyataan?
Oleh karena itu, menjelang Pilgub Sumut 2018 barangkali yang terpenting bukanlah dipimpin sipil atau militer, religius non religius tetapi bagaimana pemimpin memiliki pengaruh. Sebab, seorang pemimpin adalah penjual harapan dalam perubahan, maka ia pun harus memiliki kekuatan dalam berkomunikasi politik untuk mempengaruhi kawan dan lawan. Tidak ada kawan dan lawan abadi yang ada kepentingan abadi.
Selain itu, pemimpin harus dapat mengambil keputusan. Kerja di pemerintahan bukan kerja perintah-merintah. Tetapi, kerja musyawarah untuk mencapai hidayah (kebaikan).
Pemimpin zaman old mungkin bertipe adil, jujur, cerdas, takwa, berpendidikan, tetapi itu masa lalu. Pemimpin zaman now terpenting dapat menyemangati, menyejukkan, menghibur, menginspirasi, dan mencengangkan. Maksud mencengangkan terkadang pemimpin zaman now bertingkah seolah-olah ia bukan publik figur. Ia mengunggah vlog (video blogging, narsis, selfi) dan hal-hal yang akan menjadi perbincangan di sosmed-medsos.
Meski ini zaman keterbukaan, seorang pemimpin ada baiknya berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Sudah banyak pemimpin yang terpeleset hanya gara-gara sebuah kicauan kecil dalam akun pribadi yang diposting melalui media sosial.
Oleh karena itu, kriteria kualitas pemimpin yang ideal bagi masyarakat Sumut akan sangat kompleks. Apalagi, pemimpin sejati bukan lahir dari sebuah mitos bahwa yang memimpin harus berdasarkan trah keturunan pemimpin. Selalu ada pemimpin yang lahir dan terbentuk sesuai dengan zaman.
Akhir kata, mencari pemimpin zaman now bukan mencari orang pandai dalam bermedia sosial dan membalas pesan instan melalui aplikasi chating melainkan pemimpin yang dapat berkhitmad (melayani) kepada masyarakat tanpa meminta haknya sebagai pemimpin untuk dilayani. Selamat mencoba pemimpin baru Gubsu.
Komentar