Nias Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Berada di kepulauaan Nias. Nias Selatan sebelumnya adalah bagian dari Kabupaten Nias. Status otonom diperoleh pada 25 Februari 2003 dan diresmikan pada 28 Juli 2003.
Kabupaten ini terdiri dari 104 gugusan pulau besar dan kecil. Letak pulau- pulau itu memanjang sejajar Pulau Sumatera. Panjang pulau-pulau itu lebih kurang 60 kilometer, lebar 40 kilometer.
Dari seluruh gugusan pulau itu, ada empat pulau besar, yakni Pulau Tanah Bala (39,67 km²), Pulau Tanah Masa (32,16 km²), Pulau Tello (18 km²), dan Pulau Pini (24,36 km²). Tidak seluruh pulau berpenghuni. Masyarakat Nias Selatan tersebar di 21 pulau dalam delapan kecamatan.
Nias Selatan memiliki potensi pariwisata yang lengkap, Keindahan Alam, Sejarah Peradaban Megalitikum dan Kebudayaannya. Tiga potensi ini, berpadu dengan kesadaran wisata penduduknya.
Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan aktivitas mingguan yang selalunya ada di setiap desa di Kabupaten Nias Selatan. Berbeda dengan pasar biasanya, maka gelaran pasar tradisional ini akan berlangsung setiap pekan, satu seminggu sekali.
Harimbale, begitu pasar tradisional ini disebut.Hari Harimbale ini, berbeda-beda disetiap desa. Khusus hari Minggu Harimbale tidak akan diselenggarakan. Sebab hari minggu adalah hari khusus beribadah di Gereja.
Pasar tradisional ini tak ubahnya pasar pekan atau pekanan di wilayah lain di Indonesia. Menjelang harimbale, para pedagang akan berkumpul dari berbagai penjuru desa, mereka kemudian menjajakan dagangannya di bawah tenda-tenda sementara, di pinggir jalan maupun di kios-kios yang ada.

Pasar Tradisional
Pada hari-hari besar, Durasi Harimbale ini kemudian akan ditentukan berdasarkan interaksi dengan para pembeli di hari itu juga. Biasanya warga desa akan menggunakan Harimbale ini untuk belanja stok seminggu kebutuhan rumah tangga mereka.
masing-masing daerah di Pulau Nias. Pada hari Minggu Harimbale tidak ada karena masyarakat Nias pergi ke gereja (mayoritas masyarakat Nias khususnya di pedesaan beragama Kristen).
Bahkan bila Harimbale tepat pada hari besar keagamaan maka akan dipercepat atau diundur harinya dan hal ini sudah menjadi kesepakatan umum tanpa pemberitahuan atau diskusi antara Sogale (pedagang) dan Sowöli (pembeli).
Para Sogale datang dari berbagai penjuru membawa berbagai dagangannya sebagian berjualan di Ona (kios) dan yang lainnya di pinggir jalan ataupun di bawah tenda sementara.
Komentar