Tikar Gayo adalah kerajinan tangan dari anyaman pandan berduri atau sejenis dengan itu disebut kertan. Tikar Gayo, warnanya cantik bentuknya unik.
Ada beberapa tahapan persiapan bahan anyaman untuk dijadikan tikar, tas elegan wadah Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
Di Tano Gayo “benda khas” memiliki banyak bentuk, banyak nama seperti tape (wadah beras kenduri), alas bebujung (tikar yang tidak disambung), tikar bercucuk, beldem (batang padi yang sudah kering), benyet, sentong (tempat nasi), cike ampang (alas duduk orang-orang yang dimuliakan semisal reje kampung), dan sepirok.
Adapun kegiatan menganyamnya disebut dengan munayu kertan (menganyam kertan).
Begitu bagusnya Tikar Gayo dan sungguh memiliki estetika seni tinggi, sayang seribu kali sayang belum menjadi cindur mata ikonik Tanah Gayo untuk menembus pasar internasional dan domestik.
Ketika SeMedan.com melihat langsung proses menayu kertan benar-benar kompleks dan rumit. Barangkali, inilah alasan generasi-generasi muda enggan memelajari cara membuat anyaman tikar gayo dan sejenisnya.
Proses pembuatan Tikar Gayo dan sejeninya memerlukan ketekunan dan ketelitian. Sampai-sampai ada istilah dalam bahasa Takengen (Takengon)
Ike ilagang turah i lepih (kalau sudah dimulai harus diselesaikan) dan apabila nayu (menganyam) sudah dikerjakan tetapi tidak juga selesai dikerjakan ibarat seperti telur ayam yang tidak jadi menetas atau dalam Bahasa Gayo disebut puyuken.
Semoga kerajinan pandan berduri dan menayu kertan bisa bangkit kembali. Insya Allah.
Komentar