Nama Kuala Simpang bermula dari pemisahan Sungai Tamiang. Satu kecamatan berada di Kota Kuala Simpang dan satunya lagi di Kecamatan Karang Baru. Sungai Tamiang bersimpang dua, kiri dan kanan. Masing-masing dari aliran anak Sungai Tamiang memiliki delta-delta berpasir.
Pertemuan ini membentuk kuala dan menjadi Kuala Simpang. Dan pada tahun 2002 status Kecamatan Tamiang menjadi Kabupaten Aceh Tamiang dan masuk dalam wilayah Propinsi NAD.
Saya pertama kali ke Kuala Simpang tahun 1980-an. Setiap kali menempuh perjalanan dari Rantau Panjang Peureulak Aceh Timur menuju Kota Medan dengan menggunakan bus Liberty, transit di terminal bus Kuala Simpang.
Pada masa itu situasi dan kondisi terminal lama Kuala Simpang sangat ramai dan padat.
Secara pemetaan wilayah, masyarakat Tamiang didominasi Melayu daripada Aceh. Sedangkan lingua franca (komunikasi bahasa sehari-hari-bahase Temiang) masyarakat di Kuala Simpang adalah Bahasa Tamiang yang secara diftong dan aksen lafaznya serupa dengan Bahasa Melayu Deli, Melayu Riau, Melayu Palembang, dan Melayu Malaysia.
Di Malaysia terdapat masyarakat yang menggunakan tutur yang sama dengan Bahasa Tamiang Hulu. Sedangkan Bahasa Tamiang Hilir sama dan mirip dengan Tamiang Hulu. Contoh kecil Bahasa Tamiang: Orang = oreng, Tadha’ = tidak ada.
Komentar