Sebuah satelit geostasioner siap dioperasikan secara mandiri oleh salah satu perbankan terkemuka milik Indonesia, Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bank Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN) ini menamakan satelitnya sebagai BRIsat. Satelit BRIsat dibuat oleh Space System/Loral (SSL) dan Roket tersebut akan diluncurkan di pusat peluncuran Arianespace.
Mayoritas wilayah Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau, membuat sebaran informasi antar daerah tidak merata. Akses yang sulit dengan jarak pulau yang relatif berjauhan, membuat keputusan BRI untuk penggunaan teknologi satelit akhirnya menjadi pilihan.
Satelit dengan Transponder pita C sebesar 36X36 MHz dan Ku-band sebesar 9X72 MHz ini akan mengudara di koordinat 105,5 Bujur Timur atau di atas Papua. Jalur Orbit tersebut sebelumnya diduduki oleh satelit Indosat yang sudah habis masa tugasnya, Palapa C2. Slot orbit tersebut diberikan kepada BRI melalui perintah Pemerintah Republik Indonesia dengan alasan Indosat tidak lagi menggunakan slot tersebut.
Satelit BRIsat mampu menjangkau wilayah Indonesia, ASEAN, Asia Timur termasuk sebagian Tiongkok, Laut Pasifik termasuk Hawaii dan Australia Barat. Satelit tersebut akan diluncurkan di Kourou, Guyana, Prancis pada Jumat 17 Juni 2016, pukul 17:30 waktu Kourou atau Sabtu dini hari Waktu Indonesia Barat (WIB).
Muncul pertanyaan sebagai bank pertama di dunia yang membeli dan memiliki satelit, BRI tetap memiliki alasan kuat. BRI yang memiliki kantor layanan sampai pelosok negeri, ingin memperkuat jaringan perbankan online. Bila menggunakan kabel optik, biayanya relatif mahal untuk menjangkau belasan ribu pulau-pulau di Indonesia.
Alasan pembuatan satelit untuk bank ini adalah memangkas pengeluaran komunikasi antar badan pegawai juga dengan pelanggan di seluruh Indonesia dan luar Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi tersebut BRI yakin akan menghemat biaya telekomunikasi sekitar 50 persen. Kontrak pembuatan serta peluncuran dari BRIsat ini ditaksir bernilai 230 juta dolar Amerika atau sekitar Rp 2,5 triliun.
Satelit BRIsat memiliki 45 transponder dengan penggunaan 23 transponder untuk BRI dan empat transponder untuk pemerintah. Mengenai 18 transponder satelit BRI yang tersisa. muatan transponder itu akan digunakan untuk menampung daya komunikasi BRI pada masa depan. Hal ini dilakukan mengetahui izin penggunaan satelit BRIsat terbatas untuk telekomunikasi khusus (telsus), bukan komersial.
Update: Peluncuran Satelit BRI pada Sabtu dini hari tadi ditunda selama 24 jam, karena faktor cuaca di stasiun peluncuran Satelit BRIsat.
Komentar