Ada yang menarik tatkala kita mengunjungi Vihara Gunung Timur yang terletak di Jalan Hang Tuah No. 16 Medan. Vihara ini termasuk satu di antara banyak vihara di Kota Medan yang direkomendasikan oleh para pelancong (traveler) untuk dikunjungi. Bukan hanya wisatawan domestik, turis-turis dari Jerman, Belanda, dan wilayah sekitar Asia ramai berkunjung ke vihara Gunung Timur Medan.
Vihara ini, menarik dari sisi keindahan bangunan dan keterbukaannya untuk umum. Jadi, pengunjung dapat dengan leluasa melihat bahkan memotret, merekam, memvideokan langsung tata-cara beribadah umat Khonghucu dan umat Buddha. Termasuk mengabadikan setiap inci bagian dalam vihara. Kemudian, di vihara ini sendiri, boleh dikatakan satu atap terdapat dua ajaran yang berbeda yakni: Khonghucu dan Buddha.
Pada bagian depan mula-mula pengunjung akan berjumpa dengan relief ukiran naga, patung singa hitam dan putih, burung enggang, pagoda. Dalam bangunan vihara didominasi warna merah dan dipenuhi patung dewa-dewa berjubah. Harum hio-dupa setanggi menimbulkan suasana drama tersendiri. Terlebih lagi dalam vihara tidak terlampau terang.
Kesannya seram mencekam dan menakutkan. Di ruang ini banyak sekali patung-patung hewan seperti anjing, ayam, dan lain sebagainya. Energi yang mengalir terasa lain dan sunyi. Bagian ini berada dalam ruang ibadah ajaran Khonghucu.
Masih dalam satu atap yang sama. Di ruang yang sebelahnya lagi agak ke belakang sedikit. Di ruang ini adalah tempat ibadah penganut ajaran Buddha (vegetarian). Pengunjung dianjurkan untuk membuka alas kaki dan tidak diperkenankan membawa dupa walau hanya sebatang. Di dalam ruang ibadah ajaran Buddha energinya teduh.
Dinding vihara dibalut dengan warna perak, emas, kuning, atau putih, abu-abu, dan biru langit. Satu di antara ajaran Buddha yang paling mudah diingat adalah tidak membunuh makhluk hidup (hewan), bervegetarian dan berbuat kebajikan.

Vihara Gunung Timur Medan.
Saat pengunjung mengitari seluruh ruang vihara. Kita dapat melihat dan mempelajari dan mengamati wajah dewa-dewa, altar persembahan, kue, dan buah-buahan seperti nenas, jeruk dan lain sebagainya. Terdapat pula nomor urut sebagai tanda urutan agar memudahkan ritual sembahyang. Pada bagian luar vihara yang berada di halaman bernomor 19 terdapat sebuah alat musik mp3 player sedang memutar irama chants Buddha.
Pengunjung yang beruntung akan bertemu dengan seorang seniman tua yang duduk di depan puntu masuk vihara. Ia bernyanyi dengan musik dari mulut (beat box). Lagunya berbahasa Mandarin dan terdengar pilu sampai ke ujung sembilu.
Baca juga :
Maha Vihara Maitreya Cemara Asri.
Wisata Bangunan Tua Khas Belanda di Kota Medan.
Komentar