Sungai Baharu Hamparan Perak berhulu dari Sungai Pancur Batu kemudian berhilir di Laut Belawan, Pesisir Pantai Timur Sumatera dan berakhir di Selat Malaka. Sungai Baharu dahulu bernama Pematang Nibung, ketika itu airnya jernih dan dapat digunakan sebagai sarana transportasi jalur sungai.
Kini, warna air Sungai Baharu keruh dan disuling untuk kebutuhan air minum di Hamparan Perak dan sekitarnya.
Sungai merupakan simbol peradaban. Kota-kota di negara maju menjaga sungai dengan sangat baik. Berbeda dengan sungai di Sumatera Utara yang berisi sampah dan limbah.
Disebut Sungai Baharu karena pada tahun 1925 dilakukan pengerukan. Sebelumnya bernama Sungai Pematang Nibung. Sungai Baharu sebenarnya bagian dari sungai besar Belawan. Pada bagian hulu disebut Sungai Sunggal, bagian tengah Sungai Baharu, dan bagian hilir disebut Sungai Belawan.
Hulu Sungai Belawan berada di Pancur Batu, dan arusnya mengalir di sepanjang Kecamatan Sunggal, Kecamatan Hamparan Perak, dan Kecamatan Labuhan Deli, kemudian berujung di Pantai Timur Sumatera, dan Selat Malaka.
Baca juga:
Paluh Manan, Hamparan Perak
Menuju Tandem Hilir, Via Kebun Tebu Buluh Cina, Hamparan Perak
Badan Perkumpulan Umat Kristiani (BPUK), Buluh Cina PTPN II Kebun Tandem Hilir
Tembakau Deli, Bukan Tembakau Gorila atau Cerutu Kuba
Kalau diperhatikan, arus Sungai Baharu mengalun pelan dan lambat, mungkin dangkal atau banyak lumpur atau karena faktor lain. Keistimewaan Sungai Baharu, pada bagian hulu sungai air terasa tawar sedangkan pada hilir terasa asin. Mungkin ada penjelasan ilmiahnya mengapa bisa demikian?
Sungai (Sei) Baharu, pada tahun 2014 lalu diadakan Pekan Tamasya Bahari (PTB) dan Sport Marine Festival 2014 yang berisikan olahraga sungai. Pekan Tamasya Bahari bertujuan merekonstruksi kejayaan sungai-sungai di Sumatera Timur (Sumatera Utara).
Sungai Baharu Hamparan Perak adalah satu dari sekian gambaran sungai-sungai yang ada di Sumatera Utara yang membutuhkan perhatian khusus. Kita harus menjaga sungai karena dari sungailah segalanya bermula.
Komentar