Tahun lalu, Kamis 12 Maret 2015 di Masjid Raya Medan berlangsung peringatan revolusi sosial Sumatera Timur 1946 yang ke 69. Tahun ini di tempat yang sama, Jum’at malam 4 Maret 2016 diadakan acara bertema: “Melawan Lupa, Mengenang 70 Tahun Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946.”
Acara berlangsung khitmad dan takzim serta dihadiri sejumlah tokoh Melayu yang menjabat posisi penting dan strategis dalam pemerintahan Republik Indonesia seperti Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi, Pangkostrad Jenderal Edy Rahmayadi, dan tokoh-tokoh Melayu dari Kesultanan Asahan, Kesultanan Deli, dan Kesultanan Langkat.
Tahun lalu peringatan revolusi sosial Sumatera Timur 1946 sedikit sekali liputan media. Tahun ini semua jurnalis media cetak, media elektronik, media online, dan juga jurnalis warga (citizen journalism) ramai-ramai meliput acara “Melawan Lupa: Mengenang 70 Tahun Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946.”
Perlu digaris bawahi, acara ini bukan dalam rangka penggalangan kekuatan agar terbentuk suatu provinsi baru yakni Sumatera Timur.
Apalagi mengajak orang banyak untuk balas dendam atas peristiwa revolusi sosial, atau juga hanya sekadar mengenang keluarga kesultanan yang gugur dikerkah secara keji saat fajar pagi belum lagi bermentari.
Acara ini murni untuk mengingat kenangan pahit masa silam dan tragedi brutal kemanusiaan yang berlangsung di Sumatera Timur pada tahun 1946.
Tragedi Sosial Sumatera Timur 1946 memakan korban penyembelihan dan pemancungan pribumi dan kaum bangsawan Melayu dari Kesultanan Asahan, Deli, dan Langkat. Termasuk pujangga besar Tengku Amir Hamzah.
Komentar